Kamis, 07 Juli 2011

Summer Festival

Desclaimer : Bleach by Kubo Tite
Rate : Indonesian.
Type : OOC/AU
Genre : Romance/Aizen Sousuke-Aihana Rekka



Prolog


Summer.... Summer....
Sunshine.... Sunflower....
Love begin in summer....


Di kejauhan seorang pria ber-yukata sedang berjalan bersama kerumunan orang lainya yang memadati pinggiran sungai Onosegawa, dimana festifal musim panas terbesar Karakurachou selalu diadakan. Sepertinya dia tidak punya arah dan tujuan. Matanya menyapu sekeliling yang terang penuh warna hingga terhenti pada seorang wanita muda yang bernafsu menjaring ikan yang sudah teler. Tapi tidak satu pun ikan yang tertangkap.

Diamatinya beberapa saat. Sepertinya dia mengenali wanita itu. Wajahnya yang terkesan judes dan serius. Yah, agak mengecoh dengan yukata bermotif kupu-kupu dan rambut yang diikat seperti itu, masih terlihat seperti anak SMU. Bisa dikira pedofil kalau mendekatinya tiba-tiba. Apalagi ada dua remaja yang akrab dengannya.

“Hei, Memangnya aku setua itu? aku baru dua puluh tujuh tahun” kata hatinya
“Memangnya wanita itu berapa usianya?” tanya hatinya yang lain.
“Sepertinya masih SMU”
“Mana mungkin? Dia seorang reporter Tv. Lulus SMU 18 tahun. Kuliah 3 tahun. Paling tidak usianya dua puluh dua tahun kan?”
“Benar. Aku masih pantas untuknya”

“Huh, baka.” Gumam Aizen Sousuke menyadari pikiran aneh yang terlintas dikepalanya.
Entah kenapa dia peduli dengan wanita itu. Atau terpaksa peduli padanya karena kebetulan yang tidak terhindarkan. Sekali lagi tatapannya kembali pada wanita itu. Tangannya masih sibuk dengan jaring dan ikan mas, sesekali diwarnai cek cok kecil dengan pemuda disampingnya. Sepertinya adik, karena ada kemiripan diwajah keduanya. Sama-sama bermata bulat, berambut lurus yang terlihat lembut, alis yang tidak tebal dan senyuman yang khas. Kalau gadis berambut panjang yang bersama mereka, kemungkinan pacar sang adik.

Wanita itu tipe gigih atau keras kepala, tidak beda jauh memang. Menarik sekali melihatnya. Dia itu masih sibuk menangkap ikan dan terhenti untuk menerima panggilan di ponselnya. Entah panggilan apa yang mengalihkannya dari ikan-ikan teler dalam ember dan meninggalkan dua remaja yang masih asik bermain.

****

“Ah, dapat dapat” seru seorang wanita muda dengan yukata motif kupu-kupu dan rambut dijepit yang menjaring ikan mas. “Yah, lepas”. Sayang sekali, jaring kertas yang pakainya telah rusak.

“Lihat aku” ucap seorang pemuda yang juga mengenakan yukata merah bata. Di kepalanya terpasang topeng kitsune. Pemuda itu pun mulai mengubek-ubek ember berisi ikan mas dengan jaring dan seekor ikan mas berhasil dipindah ke mangkok. “Rekka nee-chan, aku hebat kan”ucapnya pamer.

“Ryuu sombong. Aku mau coba lagi” ucap Aihana Rekka yang mulai bernafsu menjaring ikan mas yang telah teler. Namun tak seekor pun yang berhasil terjerat, justru ikan berenang bebas melewati lubang jaring kertas ke limanya. Dia pun menatap kesal ikan-ikan yang menari di ember seolah mencemoohnya ‘BAKA’.

Sebuah lagu dari Gazzete “Shiver” mengalun dalam keramaian. Lantunan itu berasal dari sebuah ponsel.

“Moshi-moshi” jawabnya pada ponsel. “Iya, aku sudah disini sejak tadi. Aku segera ke sana” Aihana Rekka pun meniggalkan sang adik, Aihana Ryuu, yang masih sibuk mengubek-ubek ember ikan mas untuk pacarnya.

Aihana Rekka berjalan menuju gerbang kuil yang penuh dengan lentera warna-warni dimana Hisagi Shuuhei, Ichinose Maki dan beberapa kru lainya menunggu untuk mengadakan siaran langsung liputan festifal musim panas terbesar di Karakurachou.

“Gomene” ucapnya setengah berlari mengehampiri mereka yang telah menunggu. Meskipun bekerja ternyata mereka juga berniat untuk jalan-jalan dan melepas penat. Terbukti dengan penampilan informal mereka; Hisagi Shuuhei mengenakan singlet dan celana pendek, Ichinose Maki pun tidak jauh beda. Sedangkan Menoli, make-up artist, mengenakan yukata motif ikan mas dan kru lain yang hanya mengenakan kaos dan celana pendek.

“Yosh” ucap Hisagi. “Kawaiii...” pujinya pada wanita muda itu sambil mengedipkan mata kirinya yang disambut dengan death attack yang segera di tangkis oleh pria bertato itu dengan kekehan ala Tenma.

Author: Tenma adalah salah satu nama iblis penjaga surga yang senang tertawa.

“Dari kawasan sungai Onosegawa. Bisa kita lihat keramaian festifal musim panas terbesar tahun ini. Ramainya pengunjung dan banyaknya kios menunjukkan antusiasme warga. Malam ini juga akan di dakan hanabimatsuri seperti tahun-tahun sebelumnya. Kembang api akan diluncurkan tepat jam delapan. Sekitar seribu lima ratus buah kembang api akan menyala selama sepuluh menit”

*****

Laporan pertama telah selesai. Masih ada waktu sekira dua jam menuju jam delapan. Matahari meninggalkan semburat sakura di ujung barat cakrawala. Suasana sekitar sungai pun mulai ramai olah anak-anak maupun orang dewasa. Yukata aneka warna dan motif tampak mendominasi. Aroma lezat takoyaki, cumi panggang, unagi bakar, gulali bahkan es serut tampak menggoda. Berbagai permainan seperti menjaringikan mas, adu ketangkasan, lemar bola pun ramai di kunjungi. Penjual topeng, mainan, dan lentera pun penuh sesak. Kru TVX akhirnya memutuskan untuk jalan-jalan sebentar dan menikmati suasana menyenagkan itu.

“Ryuu...” panggil Aihana Rekka pada adiknya yang bermain adu ketangkasan. Dia pun terpisah dari rombongan dan kehilangan jejak sang adik dan pacarnya yang menghilang dalam keramaian. Karena bertabrakan dengan ramainya manusia tubuhnya oleng dan hampir tesungkur kalau tidak ada yang memegangi tangannya.

“Ah, Shuu...-hei” kata-katanya terputus. Orang yang disangkanya Hisagi Shuuhei ternyata orang lain.
“Daijobu?”
“Hai, daijobu desu”

Pria itu mengenakan yukata biru bergaris, rambut coklatnya dibiarkan begitu saja, dan sebuah kacamat membingkai mata coklat terang yang mengagumkan.

“Inspektur Aizen?” ternyata inspektur itu yang menggenggam tangannya. “Gomene” ucapnya saat inspektur itu telah melepaskan tangannya. “Arigatou”.
“Oh, kau”
“Setiap tahun stasiun Tv kami selalu meliput festifal ini” terangnya tentang keberadaannya saat itu. “Apakah inspektur sedang bertugas?” tanyanya sambil berjalan di samping pria itu. Mencolok sekali perbedaan tinggi badan mereka, Aihana Rekka hanya sebahu pria itu.

“Tidak. Aku hanya melihat-lihat saja”
“Souka” gumam wanita muda itu.
“Dimana kru-mu?”

“E..to...” dilihatnya sekelilingnya. Ternyata Shuuhei, Maki ataupun Menoli tidak lagi bersamanya. “Kami tadi sedang istirahat dan jalan-jalan sebentar sebelum siaran lagi, tapi sepertinya aku terpisah” ucapnya sambil tertawa kecil. “Oh, ya, Inspektur sendirian saja?”

“Ya, kenapa?”
“Tidak. Biasanya selalu ada Ichimaru san dan Tousen san”
“Gin sudah menikah. Tidak selayaknya dia keluyuran, apalagi istrinya sedang hamil. Kaname mendapat promosi dan sepertinya dia bekerja lebih keras” jelasnya.
“Jadi karena itu Inspektur sendirian saja. Bukankah lebih menyenangkan bila ada yang menemani?”
“Kau sendiri bekerja”
“Mau bagaimana lagi, resiko wartawan” ucapnya sambil megangkat kedua tangan.
“Kalau begitu, apa kau mau menemaniku jalan-jalan sebentar?”
“Boleh”

Mereka pun berjalan diantara keramaian.

“Aku senang sekali setiap datang ke festifal seperti ini” ceritanya sepanjang jalan. “Padahal sudah berkali-kali tapi tidak pernah bosan. Rasanya selalu ada yang baru” lanjutnya.

“Kau mau main?” tanyanya pada wanita disampingnya.
“Main apa? Kalau menjaring ikan sudah dari tadi gagal terus”
“Bagaiman kalau itu” tunjuknya pada sebuah permaian adu ketangkasan, melempar bola. Ada hadiahnya macam-macam.
“Boleh”

Mereka pun mendatangi stand permaian itu dan mencobanya. Setiap orang mendapat tiga buah bola dan harus menjatuhkan botol yang telah disusun di atas sebuah box.

“Yah, gagal” Aihana melemparkan bolanya namun meleset jauh.
“Coba lihat”ucap inspektur itu tapi bolanya meleset juga.
“Wah, sayang sekali”
“Iya. Ternyata aku payah juga” ucapnya disela-sela tawa. Ternyata dia bisa juga tertawa, pikir Aihana Rekka.

“Wah, es krim Turki. Inspektur mau? Ini enak lho...” katanya yang berjinjit karena antrian yang cukup panjang. Mengantri dianatara anak-anak, remaja maupun dewasa sambil berjinjit. Sesungguhnya tubuhnya memang tidak tinggi, dibawah rata-rata malah. Agak berbeda dengan yang ada di televisi. Sungguh mengecoh. Setelah tiba gilirannya, Aihana Rekka langsung memesan dua buah es krim rasa vanilla. Entah kenapa perasaaan Aizen Sousuke seperti digelitik. Dia ingin tertawa melihat tingkah wanita dihadapannya.

“Rasa vanilla memang paling top” gumamnya setelah menggigit es krim kenyal yang diterimanya dari tangan pria itu. Vanilla yang lembut dan dingin segera meleleh di mulutnya, membuatnya tersenyum menikmati. Mata bulatnya menyipit bila tersenyum.

“Manis” gumam Aizen sambil menggigit es krim ditangannya.

“Aduh, jepit rambutku”gumamnya. Jepit rambut wanita itu lepas, membuat sebagian rambutnya terurai. “Bagaimana ini”

Ditangan kanannya masih ada es krim dan tangan kirinya sibuk memegangi rambut dan berusaha menjepitnya kembali, namun gagal.

“Aku bantu”

Aizen pun meraih jepit rambut itu dari tangan Aihana. Menjalin rambutnya yang memang terasa lembut ditangan dan menjepitnya dengan kuat. Tapi entah kenapa dia ingin mengurai rambut itu kembali dan terus membelainya. Aneh sekali dia berpikiran seperti itu. Mungkin karena akhir-akhir ini membaca cerita yang mengandung roman, kata hatinya.

“Sudah?” tanyanya menyadarkan Aizen dari lamunan.
“Ya”
“Arigatou”

Sejenak tadi, rasanya ada yang ganjil. Saat tangan inspektur itu menjalin rambutnya. Entah apa. Ajaib, rasanya menyenangkan. Rasanya seperti rindu. Rasanya sudah lama sekali. Tapi kenapa?

****



“Nah, kita menuju menit-menit terakhir menuju dinyalakannya kembang api. Pengunjung semakin antusias dan memadati pingiran sungai Onosegawa. Bisa anda lihat, betapa ramainya” ucap seorang reporter wanita yang mngenkan yukata bermotif kupu-kupu yang berdiri diantara kerumunan manusia di tepi sungai.

“Kembang api akan dinyalakan dari dua sisi. Yang pertama dari seberang sungai dan yang satunya dari sebelah sungai ini” lanjutnya menunjuk posisi peledakan kembang api. Dimana panggung yang dipakai telah dihiasi olah lampu dan lentera warna-warni.
“Saya informasikan kembali, kembang api yang dipakai tahun ini meningkat menjadi seribu lima ratus buah dan akan dinyalakan selama sekitar sepuluh menit. Nad abisa melihat betapa antusiasnya warga Karakura untuk menyaksikan festifal musim panas terbesar di kota ini”

“Ya, satu menit lagi. Dan pengunjung mulai menghitung mundur. Mari kiita hitung bersama-sama”

“Delapan, tujuh, enam, lima, empat, tiga, dua, satu.....”

DZIIIINGGG........ DUAR... DUAR... DUAR.... PLETAK PLETAK.....

Tiga kembang api pertama telah meluncur dan meledak, berwarna merah, hijau dan biru yang indah. Lalu diikuti oleh ledakan penuh warna lainya di gelapnya langit bertabur bintang di atas Karakurachou. Riuh tepuk tangan dan nyayian menghangatkan suasana. Pemangdangan yang selalu menyenagkan dan penuh kenangan.

“Demikianlah, perayaan festifal musim panas terbesar Karakurachou tahun ini. Aihana Rekka, Higasi Shuuhei dan Ichinose Maki melaporkan dari kawasan sungai Onosegawa untuk TV X”

*****

“Tidak buruk untuk sebuah siaran langsung” komentar sang inspektur yang ikut melihat kembang api di tepi sungai bersama kru TV X.
“Arigatou” ucapnya menganggukkan kepala.

“Ini hadiah untukmu” ucapnya menyerahkan sebuah kantong plastik berisi dua ekor ikan mas. Dia tidak tahu kapan pria itu menjaring ikan. Tiba-tiba dia muncul bersama benda itu.

“Ah, arigatou” sebuah senyum secerah bunga matahari menghiasinya. Diterimanya kantong itu dari tangan sang inspektur.

****

Epilog

“Rekka nee-chan, akhirnya dapat ikan juga” ucap Aihana Ryuu saat melihat sang kakak memindahkan dua ikan mas ke akuarium, atau lebih tepatnya disebut toples.


“Ikanmu mana?” tanyanya pada sang adik yang baru pulang.

“Aku berikan pada Kiyoe” jawabnya. “Dia sama payahnya dengan kakak, tidak bisa menjaring ikan” ejeknya yang segera kabur ke kamar sebelum mendapat cubitan super dari sang kakak.

Tatapan Aihana Rekka segera kembali pada dua ikan yang berenang riang. “Ai-Koi?” gumamnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar