Rabu, 20 Juli 2011

Puresento

Desclaimer : Bleach by Kubo Tite
Rate : OOC
Setting : Seiretei (Soul Society)
Genre : Humor
Mood : Duno???


“Teh, Juushiro sama” Rekka menyajikan teh pada taichounya yang sibuk mengerjakan paper-work.
“Arigatou” ucapnya dan kembali menekuni paper-work yang ada. “Apa masih ada paper-work yang harus aku kerjakan?”
“Tidak ada” jawab gadis itu singkat. “Kenapa tidak dikerjakan dnegan komputer saja?”
“Tidak boleh” jawabnya. “Menggunakan komputer memang cepat. Tapi menulis tangan adalah suatu seni yang indah” jawabnya dengan sebuah senyuman yang membuat gadis itu menunduk, kembali mengerjakan pekerjaannya yang sempat terhenti.
“Repot sekali” gumamnya saat memandangi tulisan tangannya yang kalah jauh dibandingkan tulisan tangan sang atasan. Mebuatnya geli sendiri. Fukutaichou baru itu pun mengedarkan pandangannya karena pegal, tidak terbiasa dengan sekedar duduk dan membuat laporan. Mantan pasukan Onmitsukidou itu biasanya ya memata-matai dan mengeksekusi orang. Tapi kali ini dia harus duduk manis dan mendengarkan semua perkataan Ukitake Juushiro.
Pandangan gadis itu teralihkan pada Kapten batalion ke lima yang sedang berjalan dengan wakilnya di gedung yang berseberangan dengan gedung kantor batalion ke tiga belas. Wakil kapten itu terlihat manis dimata Rekka, seperti buah plum masak. “Pasti enak, makan buah plum” pikirnya saat kapten itu melemparkan sebuah senyuman padanya. Rekka pun tertegun, kaget dan segera menundukkan wajah, kembali berkonsentrasi dengan pekerjaannya.

****

“Bosan” gumam Rekka saat berjalan-jalandi seretei setelah jam kerja usai. Biasanya dia akan mengembara di tempat baru saat bertugas di Real World dan mencari sesuatu atau tempat yang menurutnya menarik. Saat hendak berbelok, matanya menagkap sebuah haori yang melambai tertiup angin. Sosok kapten itu berdiri sambil tersenyum.
“Go ban tai taichou” Rekka membungkukkan badan, memberi salam dan segera berbalik arah, kembali ke barak batalion 13. Kapten itu memandang kepergiannya dengan heran.

****

“Rekka san” ucap Ukitake Juushiro suatu pagi. “Tolong kau antarkan ini ke tempat Juu ban tai taichou dan Go ban tai fukutaichou” Kapten itu menyerahkan dua bungkusan.
“Apa ini? Sake?”
“Bukan bukan.. mereka belum cukup umur” ucapnya mengibaskan tangan.
“Lalu?” gadis itu mengamati bungkusan dengan seksama.
“Itu hanya snack. Jadi, tolong antarkan ya”
“Hai, Juushiro sama, aku pergi dulu” ucapnya membungkukkan badan lalu berlalu dengan parsel di kedua tangannya. Dlam hati dia bertanya-tanya kenapa memintanya mengantarkan parsel pada dua orang itu. Apa ini juga termasuk tugas seorang fukutaichou?

****

“Ohayou” ucap Rekka pada Matsumoto Rangiku, Juu ban tai fukutaichou.
“Ah, Rekka chan, ada perlu apa?” tanyanya ceria seperti biasanya.
“Aku diminta Ukitake taichou mengantarkan parsel untuk Hitsugaya taichou” jawabnya menyerahkan bungkusan itu pada sang wakil.
“Huh... Pasti snack lagi” keluh sebuah suara yang entah muncul dari mana.
“Taichou”
Seorang anak kecil dengan rambut putih telah duduk di meja kerjanya, membaca laporan.
“Doumo” ucap Rekka membungkukkan badan.
“Sampaikan terimakasihku pada ukitake”
“Baik. Aku permisi”ucapnya berlalu.
“Isinya apa ya?” Matsumoto Rangiku mengamati bungkusan itu lalu membukanya. Di dalamnya berisi beraneka permen, cokelat, biskuit, keripik, bahkan soba instan. “Wah, banyak sekali”
“Kalau kau mau, makan saja” kata kapten itu tidak berselera dan menunjukkan wajah depresi. ”Kenapa orang itu selalu meperlakukan aku seperti anak kecil” gumamnya kesal.

****

“Ohayou” ucap Rekka di kantor Go ban tai. Namun tidak mendapat jawaban. Menyadari pintu yang sedikit terbuka dia pun masuk. “Ano... Sumimasen” di ruangan itu tidak ada siapa pun. Ini pertama kalinya dia masuk dikantor Go ban tai taichou. Tidak jauh berbeda dengan kator yang lainya.
“Bagaimana ya?” Gadis itu berpikir sesaat. “Aku tinggal disini saja” dia pun meletakkan bungkusan tersebut di meja.
“Sedang apa kau disini?” sebuah suara yang lembut dan dalam membuatnya hampir terkena serangan jantung.
“Go ban tai taichou” ucapnya sweatdrop serasa napi yang tertangkap saat mencoba kabur dari penjara.
“Oh, Juu san ban tai fukutaichou yang baru rupanya. Ada perlu apa?”
“A... Aku... Taichou, mengantarkan titipan” ucapnya berantakan membuat kapten itu menatapnya heran dan membuatnya semakin bersweatdrop. “Ini titipan untuk Hinamori fukutaichou dari Ukitake taichou” ucapnya kemudian. “Aku permisi” gadis itu pun langsung kabur meninggalkan pria itu dalam keadaan bingung untuk kedua kalinya.

****

Suatu siang di Kediaman Ukitake Juushiro, Barak divisi 13.

“Ukitake, kemana Rekka chan? Aku tidak melihatnya sejak tadi”
“Ah, entahlah. Dia bilang ingin membuat sesuatu” ucap Ukitake membuka kartu ditangannya.
“Begitu?” Kyoraku pun membuka semua kartu ditangannya. “Aku menang lagi” ucapnya senang karena akan ditraktir sake oleh sahabatnya.
“Hm... Kyoraku, apa kau mencium sesuatu?”
Snif snif snif Kyoraku mengendus endus “Seperti bau gosong” ucapnya mengernyitkan dahi.
“Ah, Rekka” mereka pun berlari ke arah dapur dan menemukan sang wakil dan omelet gosong dihadapannya,
“Gagal lagi” gumamnya T_T
“Wah, sayang sekali. Padahal kelihatannya enak” hibur Kyoraku.
“Rekka. daijoubu”
“Juushiro sama, aku tidak apa-apa. Aku bisa mencobanya lain kali atau belajar dari fukutaichou yang lain” ucapnya menghibur diri sendiri. “Maaf tidak pernah menyajikan sesuatu yang layak”
“Itu tidak masalah”
“Nee.. Rekka chan, bagaimana kalau belajar dengan Nanao chan-ku?”
*****
Dapur divisi 8, sore.
“Bulatkan adonanya selagi panas” ucap Ise Nanao yang membuat bulatan mochi isi kacang merah. “kalau tidak dibuat dengan cepat adonannya akan mengeras” lanjutnya. Rekka pun mengikuti instruksi Nanao namun karena panas adoanan ditangannya dilemparkan begitu saja hingga menempel di wajah perempuan di sampingnya.
“Go-me-na-sai” ucapnya dengan perasaan bersalah campur malu dan kaget.
“Daijobu daiyo” ucapnya membersihkan muka.

***

Dapur divisi 10, sore, dua hari kemudian.
“Ya, bagus. Tumis sampai bumbunya meresap” Ucap Matsumoto Rangiku.
“Baunya harum sekali” Rekka menghirup aroma sedap masakannya.
“Agar lebih enak tambahkan sake” Rangiku menuangkan sake pada wajan dan
BUMB.... PRANG... KLONTANG... KLONTANG...
“Hwua...... Gomene Rangiku san” Rekka panik dan membereskan wajan beserta isinya yang berantakan dilantai. “Aku takut pada api besar”
“Sudahlah” Matsumoto Rangiku menghela nafas. Fukutaichou dengan zanpakutou elemen api takut pada api. Benar-benar payah.

****

Dapur divisi 13, sore, stu mingu kemudian.
“Ini umeboshi kan?” Rekka menusuk-nusuk benda bulat berwarna pink dalam piring dengan sumpit.
“Iya. Sebagai awalan kita buat onigiri” ucap Hianmori Momo yang membuat kepalan nasi berisi umeboshi. “Kita buat kepalan dulu, bentuk segitiga dan beri nori” lanjutnya meletakkan sebuah onigiri cantik pada nampan. “Bagaimana mudah kan”
“Ya, aku coba” Rekka menirukan instruksi Hinamori, namun onigiri buatannya tidak berbentuk segitiga melainkan bola. “Eh, bagaimana ini?”
“Tidak masalah masih bisa dimakan” jawabnya sambil menggigit onigiri buatan Rekka.
KARAUK... KARAUK...
“Ke...kenapa suaranya begitu?” Rekka bersweatdrop melihat Hinamori memakan onogiri abnormal buatannya. “Se...seram...” gumamnya kemudian.
“Kita bisa coba lagi” ucap gadis itu penuh senyum semangat.
“Baik”

*****

Satu minggu kemudian. Setelah membuat dapur divisi 13 kebakaran.
“Enak”
“Benarkah?”
“Benar” ucap Ukitake dengan senyum menawannya. “Cocok sekali dengan teh yang kau buat” lanjutnya menggigit mochi teh hijau buatan tangan Rekka.
“Kalau begitu aku akan membaginya dengan Hinamori fukutaichou” ucapnya bersemangat dan segera kembali ke dapur untuk menata mochi-mochi itu.

****

“Rekka san, terimakasih. Pasti enak” ucapnya dengan senyuman yang benar-benar manis.
“Aku yang harusnya berterimakasih”
“Bagaimana kalau kita makan sambil minum teh”
“Ng... Mungkin lain kali. Aku masih harus mengantarkan ini pada Ise san dan Matsumoto san” jawabnya. “Lagi pula satu minggu ini aku meninggalkan banyak pekerjaan pada Ukitake taichou” lanjutnya.
“Aku tunggu” ucapnya sebelum fukutaichou itu meninggalkan barak Go ban tai.
“Ah, kalau begini sama saja. Ada atau tidak ada aku, Kotetsu dan Kotsubaki yang mengerjakan pekerjaanku” gumam Rekka sambil melompati gedung untuk mempersingkat waktu. Dan mendarat hampir sempurna di sebuah gedung karena kaget.
“Go bantai taichou” Rekka memperbaiki posisinya dan membungkuk. Entah kenapa keadaannya selalu tidak baik. Kali ini dia mendarat tepat dihadapan kapten itu. Sebuah kebetulan yang menurutnya menyebalkan. Pria itu tersenyum saat hendak mengatakan sesuatu tapi wakil itu telah melompat ke gedung yang lainya. Ditatapnya gadis itu dengan dahi berkerut.
“Wah...wah... Ada yang tidak menyukai Aizen taichou rupanya?”
“Gin ka?”
“Jadi itu wakil kapten divisi 13 yang baru?” tanya pria kurus berambut keperakan dengan senyum diwajahnya.
“Gin, apa aku terlihat seperti setan?”
“Umm....Tidak juga” jawabnya.
“Lalu kenapa dia selalu kabur setiap bertemu denganku?” ucapnya seolah ada awan hitam dengan petir menyambar di atas kepalanya, membuat Ichimaru Gin bersweatdrop ria.

******

“Douzo” Hinamori menyajikan kue mochi dan teh pada Aizen yang baru datang.
“Kau masih saja sempat membuat kue walaupun sibuk” disupanya sebuah mochi. “Dan selalu enak”
“Sebenarnya bukan aku yang membuat mochi ini. Tadi Juu san ban tai fukutaichou yang membawanya”
“Dari Ukitake ya?”
“Rekka san sendiri yang membuatnya” ucapnya dengan senyum ceria.
“Hinamori kun”
“Ya”
“Apa aku menyeramkan?”
“Kenapa taichou bertanya seperti itu?” Hinamori menatap kaptennya heran. “Aizen taichou adalah orang yang baik dan ramah pada kami semua. Dan pastinya banyak yang menyukai Aizen taichou. Kenapa taichou berpikir begitu?”
“Sou ka?” di usapnya kepala fukutaichou itu dan membuat pipinya merona merah.
Aizen tersenyum dan menatap langit senja. Warna sakura terlukis indah, menggantikan biru yang memudar. “Omoshiroi” guamamnya kemudian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar