Kamis, 21 April 2011

Inevitable


Desclaimer: bleach by Kubo Tite

Rate: Indonesian.

Type: AU/OOC.

Genre: Action/Romance/Aizen Sousuke-Aihana Rekka


Inevitable


“Wah, tidak aka kerjaan membosankan juga ya?” Ichimaru Gin berjalan mengitari ruangan, bingung mau melakukan apa.

“Teh, inspektur Aizen, Ichimaru. Aku juga membuat muffin coklat” ucap Tousen meletakkan nampan berisi cangkir teh dan kue.

“Terimakasih. Senang ya kalau masih bisa mengerjakan hal lain” diliriknya pria berkulit gelap yang menuangkan the.

***

“Yang mana ya?” Aihana Rekka sibuk menimbang sepatu mana yang akan dia beli; flatshoes bertali atau yang berhak tiga senti.

BRUGH…

“Duh..” Aiha Rekka tersungkur karena seorang pria menabrak tubunya.

“Hei, berhenti…” dua orang polisi muncul di took sepatu tersebut, membuat pengunjung toko yang hanya dua orang berhamburan ke luar. Sebelum bisa mencerna suasana Aihana Rekka telah berada dalam dekapan pria itu. Dengan sebilah pisau dilehernya.

***

KRIIIIIIIIIING……….

“Kator polisis disini” jawab Ichimaru Gin. “Wah, gawat sekali. Baiklah”

“Ada apa Ichimaru?” tanya pria berkacamata yang asik membaca novel faforitnya ‘Sherlock Holmes’.

“Lagi-lagi ada tahanan yang kabur” ucap Ichimaru sambil geleng-geleng kepala.

***

“Wah, dia bawa sandera juga” Ichimaru mengamati gerak-gerik pria dengan pisau dileher sandera.

“Pelaku adalah Kariya Jin. Seorang buronan kasus pembunhan bernatai. Hari ini dia ditangkap saat akan kabur. Sedangkan sandera bernama Aihana Rekka, seorang reporter magang di TV X” ucap Kaname Tousen yang membaca file yang entah dari mana didapatnya.

“Reporter yang menjadi berita rupanya” ucap Sang inspektur yang melepas jas dan topinya.

“Kariya Jin, kalau ka uterus menyandera wanita itu kau bisa dikenakai pasal berlapis” ucap Aizen yang masuk ke toko.

“Cepat, siapakan mobil, kalau tidak aku bunuh dia” pria itu mengacungkan pisaunya dan kembali ke leher wanita malang berwajah pucat. Air mata menggenangi matanya.

“Aku serius”

Ujung pisau membuat sayatan kecil pada leher Aihana Rekka dan darah pun mengalir perlahan. Membuat tubuh wanita itu kaku dan hampir mati rasa.

“Karia Jin san, kau tidak memberiku pilihan lain”

Sebuah tembakan terdengar membuat tubuh sandera lemas dan kehilangan keseimbangan membuat sang pelaku kerepotan. Aihana Rekka mendengar suara tembakan kedua yang disertai dengan cipratan darah sebelum pandangannya menghitam.

****

“Permisi, aku masuk” seorang pria memasuki sebuah kamar dengan nama Aihana Rekka terpasang pada pintu. Disana seorang wanita muda sedang membaca buku. Terpasang infuse ditangan kirinya dan di balik selimut, betis kirinya bibalut perban.

“Inspektur Aizen” wanita itu tidak terkejut atas kedatangan ispektur itu.

“Bagaimana keadaanmu?”

“Yah, lebih baik” jawabnya.

“Aku minta maaf atas tindakan spontanku” ucapnya meletakkan buket bunga tulip aneka warna.

“Kalau inspektur tidak melakukannya nyawaku dalam bahaya kan?” ucap Aihana Rekka dengan tangan terkepal, sisa trauma dua hari lalu.

“Sebagai seorang reporter pastinya kau juga tahu kan, nona pemagang”

“Wah, sayang sekali. Aku bukan lagi pemagang tetapi telah menjadi reporter resmi TV X”

“Kalau begitu, aku ucapkan selamat”

“Terimakasih”

Pria itu melirik jam tangannya “Sepertinya aku harus pergi sekarang, semoga lekas sembuh” ucapnya berlalu. “Mungkin aku akan melihat siaranmu”

“Inspektur san, berbeda dengan pembaca berita, aku tidak selalu muncul di kamera”

‘Mungkin lain kali”

“Inspektur Aizen, terimakasih telah menjengukku dan terimakasih bunganya” ucap Aihana Rekka sambil membelai bunga tulip aneka warna di pangkuannya.

“Pelayan toko bilang itu bunga yang bagus untuk orang sakit”

“Benarkah” ditatapnya pitu yang kembali tertutup.

Di luar bunga sakura mulai bermekaran dan kelopaknya berguguran tertiup angina musim semi yang menghangat. Beberapa kelopak masuk melalui jendela yang terbuka dan salah satunya terkulai di telapak tangan Aihana Rekka. Untuk sesaat wanita muda itu tertegun dan sebuah senyum menghiasi bibirnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar