Kamis, 21 April 2011

Atonement


Desclaimer : Bleach by Kubo Tite

Rate : Indonesian.

Type : OOC/AU/M

Genre : Romance/Ichimaru Gin-Matsumoto Rangiku

Atonement

“Rangiku san, kau baik-baik saja?” tanya Inoue Orihime pada temannya yang pucat.

“Mungkin hanya kelelahan”

“Apa tidak sebaiknya pulang saja? Biar aku yang bilang pada bos Barragan”

“Tidak masalah, aku masih kuat. Tinggal satu lagu slow kan?” ucapnya dengan senyum dipaksakan lalu merapikan riasannya kembali.

****

Bulan telah tinggi, dengan bulan sisa purnama lewat tiga hari. Bintang berkilauan bagaikan berlian. Tapi semuanya tidak terlihat indah bagi seorang wanita yang mengurung diri di kamarnya. Mengabaikan semua yang pernah dikaguminya.

“Gin” di pandanginya tespack dengan dua garis merah di tangannya.

“Nomor yang anda tuju sedang sibuk, cobalah beberapa saat lagi” ucap operator , saat wanita itu meredial nomor ponsel Ichimaru Gin. Dilemparkannya ponsel itu hingga jatuh berantakan menghantam tembok.

***

Sore yang cerah dengan berkas orange di langit biru mengundang senyum seorang gadis yang berjalan melewati jembatan. Di bawah sana, dia menatapnya agak lama, penuh dengan kerinduan. Segera, dilangkahkan kakinya berlari menuju rumah laki-laki itu. Laki-laki yang selalu bersamanya. Laki-laki yang diam-diam mencuri hatinya.

Ada sesuatu yang meledak-ledak di dadanya. Dia, tidak akan meninggalkana kota itu. Dia akan selalu bersama laki-laki itu. Dia hanya ingin bertemu, sekarang...

Gadis itu berdiri di depan sebuah rumah sederhana dengan gerbang kayu khas rumah tradisional jepang. Segera dia mengahmbur masuk

“Gin, aku tidak jadi pindah” ucapnya riang tapi... “Gin...” panggilnya mengitari halaman sempit dimana dia dan laki-laki itu sering duduk bersama dan tidak menemukan siapa pun. “Gin, doko desuka?”

“Nee...anak manis” ucap nenek tetangga dari halamannya. “Ichimaru san pindah rumah dua hari yang lalu” terangnya.

“Apa?” gadis itu shock. Saat libur musim panas dia harus kembali ke desa ayahnya dan menemukan solusi pembayaran hutang tanpa menjual rumah yang sekarang. Dan saat kembali impiannya hilang...

“Oh, ya. Gin kun menitipkan sesuatu untukmu. Sebentar aku ambilkan” ucapnya berlalu dan kembali dengan sebuah kotak beberapa menit kemudian .

“Arigatou, obaasan” ucapnya lirih lalu kembali pulang dengan kotak didalamanya. Keceriaan itu musnah, berganti dengan airmata yang jatuh tanpa akhir.

“Ran.. Rangiku... Rangiku...” sebuah teriakan memecah heningnya malam.

“Ichimaru san, doushite?” seorang wanita muda menatap pria sampingnya bingung. Sedangkan yang ditatap lebih bingung lagi

“Aku kenapa?”

“Kau mengigau. Apa mimpi buruk?”

“Aku?” hening sesaat. “Ah, tidak, aku baik-baik saja” ucapnya kembali tidur tapi tidak bisa. Dia mencemaskan sesuatu atau mungkin seseorang. “Rangiku, gomen na” gumamnya lirih.

***

“Apa? Kau berhenti?Kenapa? Apa gajimu kurang?” Barragan Luisenbarn panik di kantornya. “Matsumoto kau penyanyi terbaik di klubku” dihembuskan nya asap cerutu.

“Tapi mungkin...dua bulan lagi” dia menggigit bibir bawahnya “ aku tidak mungkin tampil”

“Kenapa?” dia berhenti sesaat. “Kau hamil?” barragan menatap wanita itu namun dia diam.

“dengan siapa? Bagaimana bisa kau begitu ceroboh?” Barragan berjalan mondar-mandir seperti orang bingung. “Apa dia pelanggan clubku?” wanita itu tetap tidak menjawab. Barragan Luisenbarn akhirnya menghela nafas, dalam “Terserah kau saja. Kalu ingin kembali kemari, kau bisa menghubungiku” ucapnya kemudian.

“Terimakasih, bos”

***

Dua minggu telah berlalu. Malam semakin lembab di musim tsuyu menjelang musim panas yang selalu dinantinya tapi tidak saat ini. Tidak dalam kegundahan ini. Matsumoto Rangiku membelai perutnya. Ada sesuatu di sana, yang akan hidup yang seharusnya membuatnya bahagia.

“Tidak, aku bahagia, seharusnya” ucapnya tersenyum kecil sambil mengepaki barang-barangnya. Di meja sebuah tiket kereta menuju kampung halamannya. Tempat yang indah dan nyaman di mana dia menghabiskan masa kecil dan remajanya. Ditatap nya sebuah foto usang di meja riasnya, seorang gadis dan seorang laki-laki dengan seragam SMU di depan gedung sekolah. Foto nya dengan pria itu, di masa lalu. “kenapa kau selalu begitu, Gin”

***

“Berapa lama lagi keretanya datang?” tanya Aizen Sousuke saat duduk di peron dengan koran pagi di tangannya dan cangkir teh di sampingnya.

“Dua menit tiga puluh detik” jawab Kaname Tousen yang bersandar pada tiang. Sedangkan Ichimaru Gin membaca koran di salah satu kios.

Kasus yang mereka tangani kali ini sebenarnya bukan kasus, lebih tepatnya menjemput buronan yang kabur sampai ke Osaka. Syazel Apollo Grantz seorang ilmuan gila pelaku pembunuhan berantai dan peledakan beberapa bangunan. Motif nya adalah sakit hati karena tesis nya dicuri oleh korban.

Kereta telah tiba di peron, mereka pun telah siap menerima buronan tapi sepertinya tidak berjalan sesuai rencana.

“Dia kabur” seorang polisi wanita menunjuk seorang pria yang berlari ditangga. Dan dia adalah Zyazel Apollo Grantz .

“Kejar” ucap Aizen yang juga berlari mengejar buron.

***

Matsumoto Rangiku berjalan di tengah keramaian dengan koper di tangannya. Dan akhirnya dia kembali ke tempat penuh kenangan dengan pria itu. Berharap hidup damai di sana.

Dihirupnya nafas dalam lalu dihembuskan kembali “Aku siap” ucapnya kemudian bersamaan dengan kerumunan manusia yang keluar dari kereta, teapt saat itulah matanya menangkap sosok yang telah satu bulan ini tidak bisa ditemuinya.

“Gin” gumamnya berharap bisa mengejar sosok itu tapi diurungkannya. Dia pun kembali melangkah menuju peron yang penuh sesak oleh penumpang dan polisi. Pintu kereta yang harus ditumpanginya menutup, tepat saat dia berhasil melewati kerumunan manusia itu. Ditatapnya kereta yang berlalu dengan hampa. Dia pun duduk di kursi peron, menunggu kereta berikutnya yang masih satu jam sepuluh menit lagi.

Beberapa saat kemudian terdengar sesuatu yang pecah atau jatuh dan orang-orang mulai mengerumuninya. Seseorang jatuh setelah memecahkan kaca pembatas di lantai dua. Dan rasanya dia familiar dengan sosok itu.

“Gin ka?” gumamnya mendekati kerumunan. Di sana seorang pria berambut keperakan terkapar bersimbah darah dengan kepingan kaca di sekitarnya dan beberapa menancap di tubuhnya.


****

“Rangiku, kenapa kau menangis?” tanya Ichimaru Gin melihat gadis dihadapnnya bercucuran air mata. “Apa aku menyakitimu?” dihapusnya butiran itu dengan jemari hangatnya. “Aku minta maaf” lanjutnya.

“Gin, kenapa?” tanyanya dengan tatapan menusuk. “Kenapa kau selalu begitu? Kenapa kau selalu pergi tanpa mengatakan apa pun padaku?” ucapnya dalma isakan.

“Rangiku gomena” ucapnya menarik gadis itu dalam pelukannya namun segera di dorong dan gadis itu berlari menjauhinya. “Rangiku... Rangiku...” ichimaru Gin mengejar gadis itu.

“Kau menyakitiku, Gin” ucapnya sebelum menghilang dalam kegelapan.

“Chotto... Rangiku....” teriaknya namun teggelam dalam kehampaan."Rangiku...."

Pria itu pun membuka matanya, yang terlihat hanya warna putih yang pucat.

Dilangkahkan kakinya menelusuri jalan yang pernah dilaluinya, dulu, saat dia masih muda.

“Tidak ada yang berubah” gumamnya, tamanitu, sungai itu, jembtan itu,dan hanya dirinya yang berubah. Menjadi begitu egois, begitu buruk dan jahat.

Setelah keluar dari rumah sakit Ichimaru Gin mencari Matsumoto Rangiku di apartemennya tapi kosong. Bahkan bos di klub pun tidak tahu kemana dia pergi, hingga Ulquiorra Sciffer mennyarankan untuk bertanya pada Inoue Orihime dan di sinalah dia sekarang, kampung halamannya.

Dipandanginya tepian sungai itu, dimana pohon sakura berjajar dnengan daun rimbunnya. Tetap indah dan penuh kenangan. Di tepinya berdiri seorang wanita, rambut panjangnya berkibar tertiup angin, meskipun wajahnya tidak terlihat tapi dia langsung mengenali sosok itu, sosok yang dicarinya Matsumoto Rangiku.

“Rangiku, gomen” bisiknya melingkarkan satu lengan ke tubuh wanita itu.

“Gin ka?” Matsumoto Rangiku terkejut, pri aitu tiba-tiba muncul dihadapannya.

“Kenapakau pergi?”

“Kenapa kau ada disini?”

“Jangan pergi dariku”

“Seharusnya aku yang berkata begitu. Kau kemana saja Gin?” butiran hangat jatuh dari mata indah wanita itu. “Anata no warui kuse” gumamnya.

Ichimaru Gin menarik tubuh Rangiku semakin erat tapi ada sesuatu yang janggal. “Apakah dia segemuk ini?” tanya batinnya “Atau...”

“Rangiku, gomene” bisiknya kemudian. “Aku sudah menyakitimu ya? Membuatmu menangis, membuatmu pergi dariku” dihapusnya butiran hangat itu dengan tangan kirinya. “Kau mengandung anakku ya?” tanyanya lirih saat membawa wanita itu kembali dalam dekapannya, membelai rambut lembutnya. “Apa kau bermaksud membesarkannya tanpa aku?” tanyanya lembut. “Dan membiarkanku tidak mengetahuinya”

“Gin...” wanita itu tidak mampu berkata-kata, tapi memang itulah tujuannya kembali ke kampung halaman.

“Rangiku, menikahlah denganku” bisiknya kemudian. “Kita rawat dia bersama” lanjutnya. “Kau mau kan?” ditatapnya wanita itu dalam. Tatapan yang tidak pernah ditunjukkan pada siapapun juga, selain pada wanita itu, sejak dulu. Matsumoto Ranggiku memeluk pria itu erat, sebagai jawabannya.

****

Pagi yang cerah di Kantor Polisi Pusat Kota Karakura. Dan aktivitas pun dimulai...

“Ohayo Ichimaru san”

“Ohayou” balasnya sambil berjalan melewati koridor menuju kantornya yang berukuran tiga kali tiga meter dengan tangan kanan di perban dan kepala di plester.

“Genki desune...”

“Hai, so desu”

Beberapa staf menyambutnya setelah dua minggu cuti dan mendekam di rumah sakit.

“Ohayou, Inspektur Aizen”

“Ohayou” jawab pria yang memandangi keramaian jalan arteri kota Karakura dari mejanya.

“Lho, Inspektur?” Ichimaru Gin terbengong melihat leher pria itu dipasangi penyangga.

“Ichimaru san, sudah masuk lagi” sapa Tousen Kaname yang mata kirinya ditutupi eyepatch.

“Kalian kenapa? Aizen san, Kaname?”

“Menangkap Syazel kan, kau lupa? Mataku kemasukan pecahan kaca sedangkan Inspektur Aizen kepalanya terbentur palang tangga dan lehernya terkilir” terangnya.

“Lama-lama kantor ini berubah menjadi rumah sakit” ucap seorang wanita yang bersandar di pintu ruangan Aizen.

“Nelliel” seru Ichimaru Gin saat wanita seksi berambut hijau itu telah kembali dari pelatihannya di Australia."Lama tidak bertemu" ucap Ichimaru Gin, merentangkan tangannya hendak memeluk wanita itu namun ditepis olehnya.

"Aku tidak mau disentuh pria beristri" ucapnya acuh.

“Akhirnya kau datang juga, Nelliel” ucap Aizen.

“Ya, aku pulang” balasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar