Selasa, 25 Oktober 2011

Summer Plum

Desclaimer    : Bleach by Kubo Tite
Rate              : Indonesian.
Setting : Sereitei (Soul Society)
Type              : OOC/AU/M
Genre            :
Mood : between happy and confuse



“Samui desu” gumamnya lemah. Menyandarkan kepalanya pada dada pria itu. Pelukannya pun semakin erat. Genggaman jemarinya, hangat hembusan nafasnya, lembut suaranya.
Beginikah hangatnya tubuh manusia. Rasanya sudah lama sekali. Bahkan aku sudah lupa kehangatan ini. Hangat tubuh seorang pria. Betapa nyamannya dalam dekapan seseorang.

Pipipipi Pipipi Pipipip

“Hah...” Rekka terbangun dari tidurnya. Bunyi alaram menggema di kepalanya. “Berisik” dimatikannya alaram itu. Sudah jam tujuh pagi, semestinya dia sudah latihan. Tapi tidak dengan hari ini. Dia tidak segera bangun melainkan kembali berbaring, memeluk bantal dengan lembut.

“Aizen” gumamnya dan air mata kembali berjatuhan

****

“Akhir-akhir ini kau terlihat tidak sehat, Rekka san” tanya Ukitake Juushiro disela-sela mengerjakan paper-work.
“Ahm.. benarkah?” tanyanya dengan wajah inocence, namun tidak mampu menutupi mta merah berkantung itu.
“Apa kau berlatih terlalu keras?”
“Aku pikir tidak. Aku seperti biasanya” kembali, tatapannya tertuju pada kliping yang memuat profil divisi 13.
“Benarkah?”
“Ya”
“Baguslah kalau begitu”

“Taichou... Taichou... barang-barang digudang sebaiknya di apakan?” tanya Kotetsu Kiyoe yang tiba-tiba muncul. Tubuhnya penuh debu dengan celemek dan sebuah sapu.
“Bagaimana kalau barang yang tidak digunakan di buang saja” Kotsubaki Sentaro ikut muncul dengan baju samurai yang diklaim anti debu, anti bakteri dan anti noda.

(Author : “Ada ya, yang seperti itu??????”)

“Wah, bagaimana ya? Rekka san” diliriknya wakil yang memandang dua makluk jadi-jadian itu dengan tatapan bingung.
“Kalau sudah tidak dipakai di buang saja kan?” komentarnya yang kembali menekuni kliping.

****

“Pada akhirnya aku juga turun tangan ya? Apa ini termasuk tugas fukutaichou?” gumamnya sambil memindahkan kardus-kardus berisi barang aneh. Disalah satu kardus ada sebuah botol. Didalamnya berisi kelopak bunga yang telah memucat.

“Taichou, ini boleh aku simpan?” tanyanya menunjukkan botol tersebut pada Ukitake yang berdiri di samping pintu gudang.

“Itu, bunga ume” jawabnya yang meraih botol dari tangan Rekka. Mengangkatnya keudara dan mengamati sejenak. “Ini pemberian Shiba Miyako. Bunga ume yang pertama mekar di soul society” kenangnya.

“Cantik” gumam gadis itu reflek.

“Ya, kau boleh menyimpannya” diserahkannya botol itu kembali dan diterima dengan sebuah senyum spontan. Sebuah senyum yang amat manis. “Sering-seringlah tersenyum” ucapnya diantara senyum. Dan mendapat tatapan bingung dari fukutaichounya itu.

“Kau terlihat manis saat tersenyum”

Komentar itu membuat pipi Rekka memerah. Bukan hanya karena terik mentari musim panas tapi juga kata-kata taichounya.

“Ya” jawabnya singkat yang kembali menghilang di gudang. Bergabung bersama Kotetsu dan Kotsubaki yang berebut foto usang Ukitake Juushiro saat masih menjadi murid akademi.

****

“Suzaku. Tsubasa o hiroge” pedang ditangannya berkobar saat dia melangkah ke angkasa, seolah mampu membelahnya. Kobarab api berwarna merah menyala menghantam bumi, membuatnya terbakar seperti neraka.

“Kau terlihat hebat. Tapi kalau lawanmu benda mati rasanya...”
“Ayo bertarung denganku”
“Baiklah”

Hisagi Shuuhei turun ke arena latihan dan mencabut zanpakutounya. Kazeshini.

“Bersiaplah menghadapi kekalahanmu” Rekka sesumbar.

Pertarungan antar wakil kapten saat itu berlangsung sengit. Ukitake Juushiro memandangi fukutaichounya yang terengah-engah. Keringat bercucuran dari tubuhnya. Tidak jauh berbeda dengan Hisagi Shuuhei. Staminanya mulai turun setelah dihujani panah api dan ledakan yang menyertai saat menyentuh objek.

“Hei, kalian tidak mau istirahat dulu?” teriak Ukitake dari kursinya dengan sekantong es batu di kepala dan segelas es lemon ditangan.

“Tidak, sebelum ada yang kalah” ucap mereka hampir bersamaan.

“Sudahlah, jangan memaksakan diri” dikibaskan tangannya pada dua fukutaichou yang sedang membara, berharap mereka segera naik dan bergabung dengannya menikmati dingin es yang segar. Namun tawaran manis itu justru dibalas dengan kobaran api yang didukung hempasan angin sampai menghanguskan pohon tempat bernaungnya.

“Hei, kalian. Kalau tidak mau berhenti sekarang juga dan menghanguskan pohon lagi. Aku terpaksa menggunakan itu” ucapya dengan tatapan mengancam. Menyadari suasana hati sang taichou yang berubah sangar setelah insisden pohon pangganga, mereka pun menghentikan pertarungan dan naik.

“Nah, anak manis. Mari kita minum teh didalam” ucapnya dnegan senyum cerah ceria.

****

“Kau hebat juga” kata Hisagi Shuuhei saat mereka hanya berdua. Ukitake telah kembali ke kamarnya. Teler karena kepanasan.

“Terimakasih, tapi aku masih harus banyak belajar bila dibandingkan dengan senior”
“Jangan memanggilku senior, juu san ban tai fukutaichou”
“Ah, ya. Hisagi fukutaichou” ucapnya dengan sebuah senyum manis, membuat pipi pria itu bersemu merah.

***F*I*N****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar