Selasa, 25 Oktober 2011

Kuchiburu kara (from the lips)

Desclaimer    : Bleach by Kubo Tite
Rate              : Indonesian.
Setting : Sereitei (Soul Society)
Type              : OOC/AU/M
Genre            :
Mood : blank/error

“Are wa nanda?”
“Hanabi desu” ucap dua orang aneh dengan girangnya. Kotsubaki Sentaro dan Kotetsu Kiyoe.
“Kembang api lagi?”
“Yosh, selseai” Kotsubaki selesai mengkat rentetan kembang api dengan tali. “Rekka san, bagaiman kalau di ledakkan dengan apimu?”
“Kau mau membuat sereitei hangus ya?” ditatapnya orang itu penuh tanya. “Soutaichou bisa ngamuk lho... Ryuujin jakka kan galak” ditunjuknya foto Yamamoto Genryusei yang menjadi cover majalah.
“Ie, ie, ie, bukan maksudku begitu”
“Lalu?”
“Ya, sudah, kami mau mempersiapkan ledakan. Kyoraku taichou akan datang juga. Kita bisa berpesta sampai pagi”
“Ya, terserah saja”
“Rekka san, kau tidak ikut?” tanya Kotetsu.
“Bagaimana mungkin, aku kan suka kembang api”

****

“Roku, go, yon, san, ni, ichi, zero....”

DZING DUAR DUAR PLETAK KRETEK KRETEK

“Hya...kakoi desu” seru semuanya hampir serempak, Rekka, Kotsubaki dan Kotetsu.
“Kanpai” Kyoraku mengangkat tinggi cawan berisi sake dan meneguknya sekaligus.
“Taichou” seru Ise nanao yang selalu mengkhawatirkan kaptennya dan selalu setia menemani hampir kemana pun sang taichou pergi.

“Nanao chan juga harus minum”
“Baiklah” diteguknya gelas kecil sake ditangan.
“Nanao chan, anak manis” direntangkan tangannya hendak memeluk sang wakil tapi justru terkena tamparan telak.
“Taichou, hentikan itu”
“Hahahahaha.....” tawa Ukitake menghiasi suasana malam itu.
“Ukitake, apa kau tidak mengundang kapten yang lain?”
“Entahlah, ini semua perbuatan anak-anak itu”ditunjuknya trio aneh yang sedang asik menyalakan kembang api.
“Hya...kaboom, meledak lebih hebat lagi” teriak Rekka yang jauh lebih ceria dari biasanya. “Tambah mesiunya”
“Siap” Kotsubaki menuangkan mesiu pada tabung peluncur kembang api.
“San, ni, ichi, zero...”

DZING

DUAR DUAR PRETAK PRETAK

Kembali kembang api aneka wrana meledak di langit divisi 13. Disertai seruan rius anggota divisi lainya. Menambah kemeriahan bulan yang bersinara bulat penuh. Dan pesta pun berlangsung sampai entah kapan. Botol-botol sake telah dikeluarkan. Aneka makanan dan kue beras telah habis dilahap. Dan menyisakan orang-orang teler kebanyakan minum.

****
Dan yang masih sadar 70 persen hanya satu orang. Rekka yang entah sejak kapan telah meringkuk diatap. Mengawasi tubuh-tubuh terkapar di halaman tengah barak divisi 13. Karena kembang api sudah habis dia pun mulai bosan dan memutuskan untuk kelayapan. Kalau-kalau ada kembang api lainya.

Tapi tidak menemukan apa pun di Senzaikyuu, justru Go ban tai taichou yang entah sejak kapan telah berdiri di sampingnya.

“Doumo”
“Kebetulan sekali”
“Ya”
“Bukankah ini malam yang indah?”
“Sepertinya memang begitu. Bulannya bulat penuh”
“Demo”
“Demo?”

“Kimi wa” dibelainya pipi gadis itu dengan punggung tangannya. Ditatapnya mata coklat yang balas menatapnya.

“Aizen” gumamnya datar. “Berhen....”

Aizen membungkam gadis itu dengan bibirnya sebelum kata-kata protes meluncur dari bibir tipis itu. Ciuman yang lembut. Ciuman yang manis. Tanpa sadar menggetarkan hati. Rekka membeku untuk beberapa saat lalu meronta, berusaha untuk lepas tapi justru cengkraman pria itu semakin kuat. Membuatnya merapat ke tubuh Aizen. Dan dia melepaskannya karena kehabisan oksigen.

“Hah..hah..hah..” ditatapnya pria itu. Airmata mulai berjatuhan dari matanya dan segera dihapus oleh jemari pria itu.

Aizen mencium pipi basah Rekka. Menjilat air matanya yang teras asin. Mendekap gadis itu lebih erat, membelai rambut gelapnya yang menjuntai melewati bahu. Rambut yang harum dan terasa lembut ditangannya. Dan kembali dicumnya gadis itu. Kali ini tanpa perlawanan.

Rekka mencengkram kimono pria itu erat. Membuatnya mencium lebih dalam. Membuatnya membalas ciumana itu meski untuk yang pertama kalinya.

“Apakah ini juga ilusi?” gumamnya.
“Menurutmu?”

Aizen menuntut lebih dalam. Membuatnya tersadar, bahwa semua itu nyata. Sentuhannya. Hangat tubuhnya. Manis bibirnya. Untuk saat ini. Semua yang ada pada pria itu adalah untuknya. Debaran jantungnya pun terasa kian cepat. Seolah dunia mampu mendengarnya.

Summer Plum

Desclaimer    : Bleach by Kubo Tite
Rate              : Indonesian.
Setting : Sereitei (Soul Society)
Type              : OOC/AU/M
Genre            :
Mood : between happy and confuse



“Samui desu” gumamnya lemah. Menyandarkan kepalanya pada dada pria itu. Pelukannya pun semakin erat. Genggaman jemarinya, hangat hembusan nafasnya, lembut suaranya.
Beginikah hangatnya tubuh manusia. Rasanya sudah lama sekali. Bahkan aku sudah lupa kehangatan ini. Hangat tubuh seorang pria. Betapa nyamannya dalam dekapan seseorang.

Pipipipi Pipipi Pipipip

“Hah...” Rekka terbangun dari tidurnya. Bunyi alaram menggema di kepalanya. “Berisik” dimatikannya alaram itu. Sudah jam tujuh pagi, semestinya dia sudah latihan. Tapi tidak dengan hari ini. Dia tidak segera bangun melainkan kembali berbaring, memeluk bantal dengan lembut.

“Aizen” gumamnya dan air mata kembali berjatuhan

****

“Akhir-akhir ini kau terlihat tidak sehat, Rekka san” tanya Ukitake Juushiro disela-sela mengerjakan paper-work.
“Ahm.. benarkah?” tanyanya dengan wajah inocence, namun tidak mampu menutupi mta merah berkantung itu.
“Apa kau berlatih terlalu keras?”
“Aku pikir tidak. Aku seperti biasanya” kembali, tatapannya tertuju pada kliping yang memuat profil divisi 13.
“Benarkah?”
“Ya”
“Baguslah kalau begitu”

“Taichou... Taichou... barang-barang digudang sebaiknya di apakan?” tanya Kotetsu Kiyoe yang tiba-tiba muncul. Tubuhnya penuh debu dengan celemek dan sebuah sapu.
“Bagaimana kalau barang yang tidak digunakan di buang saja” Kotsubaki Sentaro ikut muncul dengan baju samurai yang diklaim anti debu, anti bakteri dan anti noda.

(Author : “Ada ya, yang seperti itu??????”)

“Wah, bagaimana ya? Rekka san” diliriknya wakil yang memandang dua makluk jadi-jadian itu dengan tatapan bingung.
“Kalau sudah tidak dipakai di buang saja kan?” komentarnya yang kembali menekuni kliping.

****

“Pada akhirnya aku juga turun tangan ya? Apa ini termasuk tugas fukutaichou?” gumamnya sambil memindahkan kardus-kardus berisi barang aneh. Disalah satu kardus ada sebuah botol. Didalamnya berisi kelopak bunga yang telah memucat.

“Taichou, ini boleh aku simpan?” tanyanya menunjukkan botol tersebut pada Ukitake yang berdiri di samping pintu gudang.

“Itu, bunga ume” jawabnya yang meraih botol dari tangan Rekka. Mengangkatnya keudara dan mengamati sejenak. “Ini pemberian Shiba Miyako. Bunga ume yang pertama mekar di soul society” kenangnya.

“Cantik” gumam gadis itu reflek.

“Ya, kau boleh menyimpannya” diserahkannya botol itu kembali dan diterima dengan sebuah senyum spontan. Sebuah senyum yang amat manis. “Sering-seringlah tersenyum” ucapnya diantara senyum. Dan mendapat tatapan bingung dari fukutaichounya itu.

“Kau terlihat manis saat tersenyum”

Komentar itu membuat pipi Rekka memerah. Bukan hanya karena terik mentari musim panas tapi juga kata-kata taichounya.

“Ya” jawabnya singkat yang kembali menghilang di gudang. Bergabung bersama Kotetsu dan Kotsubaki yang berebut foto usang Ukitake Juushiro saat masih menjadi murid akademi.

****

“Suzaku. Tsubasa o hiroge” pedang ditangannya berkobar saat dia melangkah ke angkasa, seolah mampu membelahnya. Kobarab api berwarna merah menyala menghantam bumi, membuatnya terbakar seperti neraka.

“Kau terlihat hebat. Tapi kalau lawanmu benda mati rasanya...”
“Ayo bertarung denganku”
“Baiklah”

Hisagi Shuuhei turun ke arena latihan dan mencabut zanpakutounya. Kazeshini.

“Bersiaplah menghadapi kekalahanmu” Rekka sesumbar.

Pertarungan antar wakil kapten saat itu berlangsung sengit. Ukitake Juushiro memandangi fukutaichounya yang terengah-engah. Keringat bercucuran dari tubuhnya. Tidak jauh berbeda dengan Hisagi Shuuhei. Staminanya mulai turun setelah dihujani panah api dan ledakan yang menyertai saat menyentuh objek.

“Hei, kalian tidak mau istirahat dulu?” teriak Ukitake dari kursinya dengan sekantong es batu di kepala dan segelas es lemon ditangan.

“Tidak, sebelum ada yang kalah” ucap mereka hampir bersamaan.

“Sudahlah, jangan memaksakan diri” dikibaskan tangannya pada dua fukutaichou yang sedang membara, berharap mereka segera naik dan bergabung dengannya menikmati dingin es yang segar. Namun tawaran manis itu justru dibalas dengan kobaran api yang didukung hempasan angin sampai menghanguskan pohon tempat bernaungnya.

“Hei, kalian. Kalau tidak mau berhenti sekarang juga dan menghanguskan pohon lagi. Aku terpaksa menggunakan itu” ucapya dengan tatapan mengancam. Menyadari suasana hati sang taichou yang berubah sangar setelah insisden pohon pangganga, mereka pun menghentikan pertarungan dan naik.

“Nah, anak manis. Mari kita minum teh didalam” ucapnya dnegan senyum cerah ceria.

****

“Kau hebat juga” kata Hisagi Shuuhei saat mereka hanya berdua. Ukitake telah kembali ke kamarnya. Teler karena kepanasan.

“Terimakasih, tapi aku masih harus banyak belajar bila dibandingkan dengan senior”
“Jangan memanggilku senior, juu san ban tai fukutaichou”
“Ah, ya. Hisagi fukutaichou” ucapnya dengan sebuah senyum manis, membuat pipi pria itu bersemu merah.

***F*I*N****

At Night : His Blossom





Desclaimer    : Bleach by Kubo Tite
Rate              : Indonesian.
Setting : Sereitei (Soul Society)
Type              : OOC/AU/M
Genre            :
Mood : between happy and confuse


“Ada apa Hinamori kun?” tanya Aizen Sousuke yang masih menulis jurnal dimejanya. Menyadari sang wakil yang berdiri di depan pintu kamarnya.

“Ah, maaf mengganggu malam-malam begini”
“Ada apa? Apa ada yang merisaukanmu?” dipakaikannya haori pada bahu gadis mungil itu.
“Aku tidak bisa tidur. Apa boleh aku...”
“Apa biasanya aku sedingin itu? Masuklah. Kau boleh disini sampai perasaanmu tenang”
“Terimakasih Aizen taichou” Hinamori Momo duduk diantara bantal diatas futon Aizen. Disentuhnya futon itu, terasa hangat.

Kehangatan Aizen taichou, ucapnya dalam hati.

Sedangkan Aizen sendiri masih menulis jurnal. Begitu jurnal itu selesai yang ditemuinya adalah Hinamori yang telah terlelap. Sebuah senyum terlukis dibibirnya. Dirapatkannya selimut yang menutupi tubuh gadis itu. Sedangan dirinya mengenakan hakama dan haori kapten miliknya, lalu pergi.

****
Rekka menyesap tehnya di koridor, di depan kamarnya. Seorang diri menatap langit malam Sereitei. Sesekali diamatinya botol bunga ume.

“Layang-layang salib utara, bintang biduk, scorpion” gumamnya mengikuti bentuk rasi bintang.

“Konbanwa” suara yang lembut dan dalam itu kembali singgah ditelinganya.
“Konbanwa” balasnya dengan wajah terkejut.

Ekspresi wajah yang selalu disukai oleh pria itu. Mata besar yang membulat. Alis yang terangkat. Bibir tipis yang sedikit terbuka, dan kepala yang dimiringkan sedikit.

“Kau belum tidur?”

Gadis itu menggelengkan kepala. Membuat rambut sebahunya bergerak kesana kemari. Dia mengenakan yukata tidur. Tapi masih menikmati teh dimalam yang larut itu.

“Lalu kau sendiri?”
“Aku belum bisa tidur” pria itu duduk disampingnya. Mengamati gadis yang sejak tadi menggosok tangannya. “Samuika?” dipeluknya tubuh gadis itu, membuatnya kembali terkejut.

“Amari” dibelainya pipi pria itu lembut, dan segera di genggamnya jemari itu dan diciuminya.
“Naru hodo”
“Aizen taichou. Naze anata wa koko ni iru? Bagaimana kalau ada yang melihatmu?”

“Kau, khawatir padaku ya?” ditatapnya mata gadis itu penuh tanya. “Memangnya kenapa kalau ada yang melihat, hmmm...” Aizen menggosok bibir gadis itu dengan ibu jarinya, dengan lembut. Bibir yang selembut kelopak bunga. “Tapi aku senang kau mengkhawatirkanku” bisiknya. Hembusan nafasnya terasa hangat ditelinga.

“Aizen” gumamnya saat bibir pria itu menyentuh lehernya. Bibir yang hangat dan basah. “Yamite” didorongnya dada pria itu.

“Kenapa?”ditatapnya gadis yang balas menatapnya itu. “Apa kau takut pada Ukitake?”
“Itu...” dia terdiam sejenak dan menghela nafas. “Ie. Sumimasen. Aku lelah, ingin istirahat”
“Kau menolakku?”
“Apa semua gadis yang kau datangi selalu menerimamu?” tanyanya disertai tatapan menusuk.
“Kau berpikir aku seperti itu?” sebuah senyum ganjil terlukis dibibirnya. “Memang tidak ada yang menolak permintaanku. Sejauh ini, hanya kau”

“Pergilah, sebelum ada pasukan patroli yang datang”

“Aku bukan pencuri, untuk apa lari?” kembali dibelainya pipi dingin gadis itu. “Aku pergi dulu” ucapnya dan segera menghilang di ujung lorong. “Jangan khawatirkan aku”
Rekka membelai pipinya yang panas. Hangat sentuhan itu masih terasa.

At Morning : Her Miscarry

Desclaimer    : Bleach by Kubo Tite
Rate              : Indonesian.
Setting : Sereitei (Soul Society)
Type              : OOC/AU/M
Genre            :
Mood : blank/error


Tik tok tik tok tik tok
Tik tok tik tok tik tok
Tik tok tik tok tik tok

“Nanni?”
Suasana ruang pertemuan para wakil kapten seketika menjadi muram pagi itu. Kontras dengan matahari yang memberikan sinar terangnya.
“Ano, Kuchiki taichou...”
“Abarai ada tugas lain, jadi aku yang menggantikannya mengikuti rapat harian”
“Yatta, Byakunni....” sorak Kusajishi Yachiu bahagia. Satu-satunya yang bahagia atas kemunculan Kuchiki Byakuya, kapten divisi 6 itu. Sedangkan yang lain memandangnya maklum bercampur bingung.

“Tolong sampaikan agenda hari ini pada masing-masing anggota batalion” ucapa Ise Nanao sambil membagikan lembaran kertas.


****

Di kantor divisi 13, Rekka duduk-duduk sambil membaca novel dan minum teh juga ditemani sepiring kue beras.
“Rekka san, kau tidak berlatih lagi?” tanya Kotsubaki Sentaro.
“Tidak ada lawan” jawabnya melahap sepotong mochi.
“Bagaimana kalau denganku?”
“Aku sibuk”
“Apa?” jeritnya yang serasa digigit semut. “Kau kan tidak melakukan apa-apa sejak pagi tadi”
“Aku masih membaca novel. Bagian ini sedang seru-serunya”
“Mana, aku pinjam” direbutnya novel itu. Setelah membaca beberapa baris, kini Kotsubaki Sentaro yang kerasukan.
“Kotsubaki san, kembalikan novelku” pintanya.
“Wah, ini seru sekali” komentarnya. “Samurai ini gigih sekali, padahal sudah di ujung tanduk tapi masih bertarung” celotehnya.
“Kotsubaki san”
“Aku pinjam dulu” ucapnya yang segera berlari keluar meninggalkan kantor.

“Kesenanganku di rebut” gumamnya diantara derai air mata.
Rekka pun sibuk mengubek-ubek lacinya. Mencari sesuatu untuk dikerjakan atau sesuatu yang bisa membuatnya tetap sibuk. Kalau mengangur dia bisa kembali ingat kejadian beberapa hari yang lalu. Hal yang sering merusak konsentrasinya. Dan selembar kertas terjatuh. Berisis agenda yang harusnya disampaikan pagi ini bagi para anggota batalion. Tidak heran kenapa pagi itu terasa sepi di divisi 13. Taichounya masih terbaring lemas dan tidak sanggup bangun.

“Bagaimana ini?” diattapnya kertas itu panik. Padahal jam menunjuk angka sepuluh. Sudah hampir tengah hari.

****

“Juushiro sama, sumimasen”
“Daijobu”
“Aku lupa mengumumkannya kemarin dan memasukkannya ke laci”
“Tidak apa-apa. Ini agenda untuk lusa kan. Aku akan mengumumkannya melalui petugas penyiaran”
“Benarkah?”
“Ya” diambilnya haori kapten yang terlipa trapi disampingnya dan segera mengenakannya.
“Taichou, mau kemana?”
“Kau mau ikut?”

*****

“E-hem. Pengumuman-pengumuman....” teriaknya di microphone. “Agenda dua hari lagi adalah lomba kebersihan. Jadi tolong kerjasamanya ya”
“Kya... suara Ukitake taichou...” jerit beberapa shinigami wanita di kantin.
“Seksi sekali”
“Ukitake taichou...”
“Yasashi to kirei....”

Mereka berhisteris ria karenanya. Saura lembut dan ramah Ukitake Juushiro membuatnya populer diakalangan wanita.

“Ne... Taichou populer” komentar Rekka saat melewati kantin. Hampir semua memandangi sang kapten yang pasang wajah secerah bunga matahari.
“Populer itu enak juga ya”

Tapi beberapa mata menatap sadis gadis yang berjalan bersamanya.

“Lebih banyak tidak enaknya sepertinya, apalagi untuk orang lain”
“Nikmati saja”
“Ha-ah”dihelanya nafas dalam.

*****

“Kotsubaki, kembalikan” diikutinya shinigami yang menduduki kursi ketiga di divis 13 setelah jalan-jalan panjang dengan taichou-nya.
“Tanggung”
“Yang tanggung kan aku” ucapnya kesal. “Kembalikan pacarku”
“Tidak mau”

“Kembalikan” diburunya Kotsubaki Sentaro sambil berlarian di koridor. “Ayo kembalikan” terus diburunya hingga di tikungan.

GUBRAK GRUSAK GRUSAK

“Ittai” erangnya memegangi kepala yang terbentur lantai kayu.
“Daijobu?”
“Kya... Taichou”

Rekka panik melihat sang taichou yang terbaring dilantai dengan tubuh tertindih dirinya dan darah yang mengalir di sudut bibirnya.
“Sumimasen”

“Daijobu”
“Aku... Aku berat ya” ucapnya menundukkan kepala.
“Ya” jawaban itu membuat sang fukutaichou membeku. “Tidak seberat wabisuke kok”
“Hehe” tawanya garing. Bagaimana bisa dibandingkan dengan zanpakutou milik Kira Izuru, Wabisuke. Kempuannya memang menkalikan berat benda yang disentuh.

****

Rekka duduk di atap sebuah bangunan. Menghindari makan siangnya. Memang rasanya dia tambah gemuk saja. Tidak melakukan apa pun sepanjang waktu. Dia berbaring menatap langit biru diatasnya. Menatapnya penuh tanya. Lalu berguling menatap taman dibawahnya.

Disana, dilantai dua bangunan di depannya. Aizen Sousuke dan Ichimaru Gin sedang bercakap-cakap. Sepertinya sesuatu yang penting atau gawat. Wajah Aizen berubah mendung saat Ichimaru meninggalkannya dengan senyum khas yang meyebalkan.

“Naze?”

My Expectation





I don't know. I don't mind realize this feeling. But sometimes, the thing that we expected to happen never come to reality. How sad, how poor, how sick. It is true. I let all of my feeling for him to be disappears into dust. I realize that I am not a proper women to stand beside him, to hold his hand, and get her sweetest smile. It is just a kind of politeness.



Hahahaha....
Baka, why i felt this emptiness when watched XXXHolic Rou part 2. In the end of the episode when Doumeki Shizuka gave an invitation for Kimihiro Watanuki, a wedding invitation. How, grateful but poured sorrow in my palm.He will marry Tsuyori Kohane. A girl who i guess to be Watanuki's. He doesn't mind. But the main point is that I can't do anything with my feeling. It drove me crazy and addicted but to loose it difficult enough.





Oh, God....
I don't know, please help me....
Thank you god for your kindness, and bless me to meet him sooner. A man who hold my hands, who give me his sweetest smile and warmth. Who will protect my honor, who regard my feeling. He is the best man i ever meet. And i want to be his respected lover who wipe away his restlessness, his pain and sorrow, who can be trust and take care him. Amen.

Senin, 17 Oktober 2011

Akhir yang belum Ber-Akhir

This is my Road to Graduation.



it was hard to enter the college, to survive, to fight by all of my power and belief. And it is not easy to end. I start write my research "Teaching Speaking to Hotel Accommodation Students at SMK Kasatriyan Surakarta at Second Grade 2010/2011 Academic Year" in February till now. After passing hard day of research (rainy, windy, and dryness, I stand here with approval from my consultants. A lovely day, guys. But it is not the end.


I should give correction and send it to my consultant's house (Mr. Anam Sutopo) in Boyolali after all day long waiting for Mrs. Aryati Prasesyarini, my fist consultant.


Thank you God for your kindness and for all of your blessing to finish my research. God, bless us to finish this hope and hard work by your happiness. Ameen