Kamis, 30 Agustus 2012

Anata No Tanjoubi

Desclaimer    : Bleach by Kubo Tite
Rate              : Indonesian.
Type              : OOC/AU
Genre            : Romance/Gaje/Mystypo/Stress
Pairing        :Aizen Sousuke-Aihana Rekka

Anata no Tanjoubi

“Ohayou” sapa Rekka yang menyiapkan sarapan untuk suaminya. Hari ini Aizen harus pergi ke Tokyo untuk menghadiri seminar yang diadakan oleh Bandai Game Company. Yah, karena perusahaan Aizen adalah perusahaan game kecil-kecilan yang terdiri dari seorang directur sekaligus pemegang saham terbesar. Dua orang script writer, tiga orang desain grafis, yang merangkap sebagai marketing.
“Ohayou” dihirupnya aroma teh hijau dengan madu yang memenangkan. Salah satu favoritnya. “Kau tidak memasak?” tanyanya heran karena yang terhidang di meja hanya roti panggang dan selai buah.
“Hari ini kau tidak makan di rumah, jadi aku tidak masak. Lagi pula aku ada janji dengan teman siang nanti” jawabnya mengoleskan selai pada roti hangat yang terhidang.
“Begitu” ucapnya sedikit, banyak, kecewa.
“Kau, berangkat dengan Gin?”
“Ya, aku akan menjemputnya nanti” dilihatnya jam tangan yang menunjuk angka tujuh. Seminar akan diadakan jam sembilan. Perjalanan antara rumah mereka ke Tokyo memakan waktu satu jam. Sebelumnya dia berencana mampir ke kantor.
“Kiotsukete kudasai” ucapnya setelah mencium pipi sang suami tercinta. Atau menurutnya begitu.

*****

Dijalan pikirannya tidak tenang. Kenapa sang istri begitu santai hari ini. Bahkan sempat membuat janji dengan temannya. Apa karena dia harus mengikuti seminar? Apa dia balas dendam? Atau benar-benar lupa hari apa hari ini?
“Ne... Aizen san ya, kau kenapa melamun begitu. Aku belum mau pergi ke surga ya” ucap Ichimaru Gin memperhatikan pria disampingnya.
“Yakin sekali kau akan masuk surga”
“Makanya. Surgaku ya bersama Rangiku. Jadi jangan bawa aku ke tempat lain ya” candanya diantara senyum iblisnya.
“Tidak akan ke tempat lain. Jigoku e” ucapnya dengan aura mendung lalu menangkap sebuah pin yang tersemat di jas biru partnernya.
“Tumben kau memakai begituan”
“Apa?” dilihatnya tampang diri. “Oh ini?” di sentuhnya pin bulat yang bersinar. “Momo yang memberikannya saat ulang tahun pernikahan kami bulan lalu. Ah, putriku memang sudah dewasa” dikenangnya sang putri tercinta dalam bayang. Namun di kepala Aizen muncul awan hitam beserta petir di pagi akhir bulan Mei. Dia belum memiliki momongan. Menikah saja baru satu tahun. Itu pun sibuknya luar biasa.
Sangat kontras dengan Ichimaru Gin yang memutuskan menikah dengan Rangiku saat keduanya masih SMU. Tidak heran di usia yang ke tiga puluh, Momo, putri mereka telah berusia tiga belas tahun.

****
Semniar telah berjalan separuhnya dan saatnya makan siang. Para tamu pun segera mengambil makanan yang telah disediakan oleh pihak hotel dan duduk di meja yang mereka sukai. Kebetulan karena datang terlambat Aizen mendapat meja di ujung yang berbatasan dengan taman hotel yang membuatnya terkagum-kagum karena mengambil unsur Zen dan moderen.
Ichimaru Gin meninggalkannya karena suatu panggilan yang dia duga adalah Rangiku. Tapi panggilan yang dinantinya tak juga berdering bahkan setelah seminar selesai. Ponsel itu tetap diam, kecuali panggilan dari kantor dan beberapa sponsor dan relasi. Tapi yang diinginkannya hanya panggilan seseorang.
“Kau yang menyetir” ucapnya yang menghentikan mobil dan segera keluar dari mobil.membuat Ichimaru Gin terheran-heran.
“Ya nan ni o kangaete ya?”
“Nandemo nai” ucapnya singkat
“Kau tidak sedang bertengkar dengan Rekka nee chan kan?” diliriknya pria itu sejenak.
“Ie” jawabnya singkat. Sedangkan dalam hati Ichimaru Gin tertawa riang melihat Aizen Sousuke yang ngambek. Bukan tidak tahu alasannya tapi diminta oleh kakak iparnya, jadi tidak ada alasan untuk menolak sekenario ini.
“Nanti aku mau mampir ke toko kue dulu. Rangiku bilang ingin makan roti melon. Akhir-akhir ini dia banyak maunya” cerita Ichimaru. Sesaat kemudian hening. “Ne, apa Rangiku hamil ya?” gumamnya yang menyadari kemauan aneh-aneh sang istri. Dari menanam rumput sampai mendengarkan lagu enka. Bahkan mengajak Momo berkaraoke segala.

****

“Tadaima” ucapnya saat memasuki rumah. Namun tidak ada jawaban. Justru semuanya gelap gulita. “Rekka” panggilnya yang menyalakan lampu. “Apa dia belum pulang?” diambilnya air mineral dari dalam lemari es. Dan dilihatnya sebuah memo dengan gambar hati merah muda.
“Tanjoubi desho”
Segera dilangkahkan kakinya menuju balkon di atap rumah. Diamana pot-pot bunga berjajar tidak rapi. Namun tetap menarik di pandang. Seorang wanita duduk di satu-satunya bangku kayu yang sengaja di letakkan di sana. Rambutnya di ikat seperti biasanya.
“Ka chan” panggilnya.
“Kau terlambat” ucapnya saat berbalik. Wanita itu mengenakan sebuah terusan sebatas lutut berwarna orange lembut. Riasan tipis menghiasi wajahnya. “Aku menunggumu sampai kedinginan”
“Arigatou” di peluknya sang istri erat.
“Ne..tanjoubi desho” ucapnya diantara senyum. Namun wajah Aizen berubah kesal. “Kenapa wajahmu begitu? Tidak senang?” disentuhnya pipi lengket pria itu. Maklum dari pagi belum mandi.
“Kau tidak mengucapkan apa pun hari ini”
“Hihihi...jangan ngambek” godanya. “Kau pikir aku lupa ya?” dilingkarkannya lengan ke leher pria itu. “Mana mungkin” diciumnya sekilas bibir suaminya.
“Dasar, kau ini” dijitaknya lembut kepala wanita yang ada dalam dekapannya.

****

“Masih ingat dulu?” ucapnya saat sebuah musik waltz mengalun lembut memenuhi rumah itu.
“Iya” digenggamnya erat tangan Aizen yang membawa tubuhnya bergerak mengikuti irama.“Game aneh yang kau ciptakan ternyata populer ya” ditatapnya mata coklat terang itu.
“Ini salah satu musik pengiringnya”
“Salah satu favoritku”
“Waltz kiss” diciumnya bibir lembut wanita itu. Ciuman yang menggoda. Mengecupnya sekali, dua kali dan semakin dalam seiring dengana irama waltz yang mengalun merdu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar