Desclaimer
: Bleach by Kubo Tite
Rate
: Indonesian.
Type
: OOC/AU
Genre
: Romance/Gaje/Mystypo/Stress
Pairing :Aizen
Sousuke-Aihana Rekka
With
You All the Time
“Hari
ini aku pulang cepat. Mau makan siang?” tanyanya dalam perjalanan
menuju Karakura Honchou, dimana Rekka bekerja.
“Boleh.
Mau makan dimana?”
“Ikeburo?”
diliriknya sang istri yang sedang berpikir.
“Maid
Latte?” tanyanya dengan memiringkan kepala. “Makanan di sana
enak, pelayanannya juga menyenangkan. Sudah lama tidak kesana”
“Baiklah,
aku akan menjemputmu jam setengah satu”
“Hai”
sebuah senyum menyertainya.
****
“Aizen
san, aku membuat game baru. Tapi belum sepenuhnya selesai. Apa kau
mau melihatnya?” tanya seorang pemuda berwajah emo yang mententeng
laptop imut miliknya.
“Coba
ceritakan padaku”
“Game
ini adalah game yang cocok untuk anak-anak. Selain mudah juga bisa
menambah pengetahuan mereka tentang bahasa Inggris. Ada lima level,
Animal, Fruit, Nature, Clothes, Food. Setiap level berisi enam
tantangan yang berupa gambar, huruf dan suara.” Terangnya sambil
membuka game tersebut. “Ini baru sampai ke level tiga”
“Omoshiroi”
ucap Aizen sambil mencoba memainkan game tersebut. “Berapa range
usia untuk game ini?”
“Game
ini cocok untuk anak usia empat sampai tujuh tahun”
“Kau
bekerjadengan bagus. Lanjutkan Ulquiorra” ucapnya pada anak SMU
maniak game yang meminta pekerjaan padanya empat bulan lalu. Semenjak
itu dia telah membuat tiga game yang benar-benar menarik.
“Aizen
san, Ulqui-chan, kalian tidak makan siang?” tanya Ichimaru Gin yang
muncul dari balik jendela.
“Nanji?”
diliriknya jam tangan tipe skelton dengan tali merah maroon. Hadiah
dari Rekka di hari ulang tahunnya tahun lalu. Jarum jam itu
menunjukkan angkan 12.15. “Aku pergi dulu” ucapnya berlalu.
****
“Ka
chan, aku ke sana sekarang” ucapnya di telepon sebelum menyalakan
mesin. “Doko? Tsubakidai koen? Nannde? Wakatta” ucapnya menutup
ponsel. Dia tidak tahu kenapa di jam seperti ini sang istri malah ada
di Tsubakidai Koen bukanya di perpustakaan tempatnya bekerja.
Dua
puluh menit kemudian mobil itu berhenti di dekat taman yang padat
oleh anak-anak dan orang tua. Ada banyak balon dan kertas
warna-warni. Dia pikir ada festifal atau sejenisnya.
Di
tengah lapangan di dapatinya anak-anak sedang bermain naga. Mata
mereka di tutup dan bergerak sesuai dengan perintah pemimpinnya.
Sedangkan dianatar anak-anak itu ada sosok yang sangat dikenalnya.
Sosok yang tertawa karena timnya berhasil mengambil bola yang
digantung sebagai hadiah. Sosok lepas dengan rambut yang diikat
tinggi. Hadiah yang ada di dalam bola pun segera di bagikan pada
anak-anak.
“Ah,
kochi kochi” ucapnya melambaikan tangan pada pria berkacamata yang
berdiri diantara kerumunan orang yang melihat aksi anak-nakanya.
“Hah, gomen” ucapnya terengah diantara tawa.
“Nandesuka?”
“Hah,
aku diminta membacakan cerita. Mendadak sekali. Orang yang harusnya
membacakan cerita tiba-tiba jatuh pingsan”
“Kau
kelihatan senang sekali?”
“Tentu
saja. Ini menyenangkan. Apa kau tidak mau mencoba?” tawarnya sambil
menatap anak-anak yang masih riang bergembira. Sebagian dari mereka
bermain kejar-kejaran. Sebagian lagi sedang makan siang bersama ibu
atau keluarga masing-masing. Sedangkan para badut berjalan menggoda
anak-anak dengan antusiasnya. Di panggung kecil yang ada disana MC
membacakan pemenang lomba adu ketangkasan.
****
“Apa
kau senang?”
“Iya,
tentu saja” jawabnya sebelum menggigit anpan yang dibelikan Aizen
di sebuah kedai tidak jauh dari sana. “Wah, kita tidak jadi ke Maid
Late, gomene Ai san”
“Daijoubu”
jawabnya yang menyesap es teh.
Sesaat
kemudian matanya mengakap sosok anak kecil yang sedang menangis di
tepi kolam. Dia terlihat kebingungan. Baju pink-nya ternoda oleh ice
cream. Sedangkan tangan kirinya mengenggam cone yang kosong.
“Ne…Daijoubu?”
tanya Rekka yang menghampirinya.
“Mama….”
Tangisnya.
“Sssh…
Sssh…jangan menangis lagi. Kita cari mamamu ya” ucapnya yang
menghapus bulir-bulir bening yang berjatuhan di pipinya. “Namae
wa?”
“Michiko”
ucapnya sesenggukan
“Sini
paman gendong, tapi jangan menangis lagi ya” ucap Aizen yang
mengangkat tubuh anak itu. Rambutnya hitam sebahu. Matanya bulat
besar. Cantik seklai anak itu.
Mereka
pun berjalan menuju panggung dan berbicara dengan penanggung jawab
acara.
“Moshi
Moshi” ucapnya. “Apakah ada yang kehilangan anaknya? Seorang
gadis dengan baju pink bernama Michiko” lanjutnya.
“Michiko”
teriak seorang perempuan muda. Usianya sulit di tebak. Tapi mungkin
belum ada dua puluh tahun.
“Mama”
tangisnya yang segera menghambur kearah mamanya. Aizen pun melepaskan
gendongannya dari gadis cilik itu.
“Arigatougozaimashita”
ucapnya tulus.
“Yukie”
panggil seorang pemuda yang masih mengenakan seragam SMU. Dari
seragamnya pasti murid Karakuragakuen.”Daijoubu?”
“Kaito.
Daijoubu desu” ucapnya dengan genangan airmata.
“Gomene,
aku terlambat” ucapnya yang segera menggendong gadis tiga tahun
tersebut.
“Ano,
kalian?”
“Hai,
kami adalah pasangan. Ini putri kami” jelas siswa SMU tersebut.
“Yukie dua tahun lebih tua dariku. Kami memutuskan untuk menikah
setelah Yukie hamil”
“Tapi
kau kan masih SMU” tanya Rekka
“Hahaha…benar.
Tapi aku mencintainya” ucapnya sambil membelai rambut putri kecil
mereka yang terlelap dalam gendongan sang ibu.
“Aku
dan Kaito bergantian menjaganya. Pagi hari dia denganku. Saat siang
sampai sore dengan Kaito. Setelah makan malam Kaito bekerja paruh
waktu di minimarket” jelasnya. “Ini sudah tahun ketiga, meskipun
melelahkan tapi aku menikmatinya”
“Saat
aku lulus nanti, Yukie tidak perlu bekerja. Cukup di rumah bersama
Michiko”
***************
“Ne,
pasangan muda memang menyenangkan ya?” ucapnya saat berjalan di
antara jajaran pohon sakura yang berdaun rimbun. Meskipun bukan musim
berbunga masih juga tampak indah dan teduh di bawahnya.
“Kau
iri ya?” diliriknya wanita yang berjalan di sampingnya itu.
“Iya.
Ichimaru dan Rangiku chan juga”
“Kau
tidak menyesal menikah denganku kan?” dihentikan lamgkahnya
sejenak.
“Tentu
saja tidak. Walau pun dengan orang lain juga tidak akan seperti itu”
“Jadi
memang menyesal”
“Eh?
Bukan begitu”
“Lalu?”
“Lalu?
Seharusnya aku lebih cepat bertemu denganmu”
“Begitu?”
ditatapnya wanita itu penuh tanya.
“Iya”
digandengnya lengan Aizen.
“Kita
juga masih muda lho…” ucapnya dengan sebuah senyum jahil.
*****
“Tidak.
Terima kasih. Kau sendiri saja, aku akan menunggu di café sana”
ucap Rekka saat Aizen menariknya menuju sebuah kincir raksasa.
“Ie,
aku mau kau ikut”
“De..demo…
Aku takut ketinggian Ai”
“Dakara,
naiklah bersamaku” diulurkannya tangan itu dan mendapat sambutan
dari Rekka.
Kincir
mulai berputar pelan tapi pasti. Jantung Rekka menjadi berdesir kuat.
Sejak kincir bergerak matanya masih saja terpejam.
“Buka
matamu”
Perlahan
matanya mulai terbuka. Pemandangan dari sana sungguh indah. Lampu di
bawah seperti ribuan kunang-kunang yang berkumpul.
“Kirei”
gumamnya.
“Sou
ka” ditatapnya wajah kagum istrinya itu. Matanya indah berbinar. Di
saat seperti ini dia benar-benar terlihat polos dan manis.
Disandarkan kepalanya di lengan Aizen. Bersamanya rasa takut itu
pudar. Bersamanya hal sederhana pun akan seperti berkah terindah.
Asalkan bersamanya, segalanya…
“Arigatou”
“Hen?”
dibelainya kepala wanita itu, lalu di usap pipinya yang terasa
dingin. “Tsumetaika?” didekapnya erat wanita itu. Bersamanya,
seperti titik titik warna yang berkumpul, membentuk pola tertentu
yang dapat berubah setiap saat. Mungkin kuning, hijau atau ungu.
Namun semuanya terlihat jelas, sekarang,dan indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar