Selasa, 01 Juni 2010

Lavender


“Tou-san…. Tou-san….. kemari. Cepat, kemari”

“Ada apa?’

“Lihat”

“Cepat kita tolong dia”

Sepasang suami istri itu mengangkat sesosok tubuh yang tergeletak di dasar lembah.

“Wah, lukanya banyak sekali. Bagaimana dia bisa mendapat luka sebanyak ini?”

“Tou-san apa dia penjahat atau sejenisnya?”

“Entahlah. Kita tanyakan saja setelah dia sadar. Beruntung sekali tidak mengalami patah tulang dan luka yang serius”

#0#

Samar-samar tercium harum yang yang terbawa angin, begitu lembut tapi meninggalkan kesan yang mendalam.

Dia mulai membuka matanya. Bayangan samar dihadapannya sangat asing. Dia melihat sekeliling, namun tak ada jawaban yang muncul.

“aku dimana”

Dia berusaha bangkit dengan kakinya yang terluka luka. Dipandangaya langit yang biru yang terbentang dan hamparan ungu bunga lavender. Harum lembut yang mengusik datang dari sana. Dia berusaha mengingat sesuatu tapi hanya berakhir dengan rasa nyeri di kepalanya.

“Tou-san, kapan bunga-bunga ini diambil?”

“Kata pemilik toko besok siang”

“Sendainya kita punya toko sendiri di kota, ya”

“Ya, aku juga berharap begitu”

“Jangan bangun dulu” wanita tua itu segera mengahampiri pemuda yang telah berdiri di ambang pintu dengan tubuh gemetar.

“Dimana aku?”

“Ini rumah kami nak” ucap pria tua yang membantu pemuda itu kembali ke tempatnya.

“Nah ceritakan siapa dirimu, dan kenapa kau bisa mendapat luka seperti itu?”

Pemuda itu diam sejenak, memikirkan sesuatu. Sesaat kemudian kepalanya mulai berdenyut-denyut. Dia terlihat begitu kesakitan.

“Kau tidak apa-apa nak?”

“Aku tidak tahu, maaf”

“Ya, tak apalah. Jangan memaksakan diri”

#0#

Tiga hari telah berlalu, keadaan pemuda itu semakin membaik. Hamper sepanjang hari dia melihat padang lavender dari jendela. Seperti ada sesuatu di hamparan ungu itu.

“Bagaiman keadaanmu?”

“Lebih baik. Terimakasih telah merawatku”

“Apa kau sudah mengingat sesuatu tetang dirimu?”

Dia menggelengkan kepalanya. Tidak ada satu hal pun yang mampu diingatnya.

“Wah, bagaiman kalau kita ke rumah sakit di kota?”

“Maaf sudah merepotkan. Tapi sebaiknya aku pergi”

“Tou-san”

“Tinggallah disini, sampai kau bisa mengingat kembali”

“Tapi…”

“Tidak ada perlu dikhawatirkan”

“Mulai hari ini, kami akan memanggilmu Sou. Sou dari kanji bintang”

“Terimakasih Tsukihana-san”

#0#

“Tou-san, rasanya doa kita terkabul. Kita memiliki anak laki-laki”

“Iya, Ka-san. Dewa telah mengirimkannya untuk kita. Tidak terasa, sudah dua tahun”

“Dia tampan seperti Tou-san”

“Dan rajin seperti Ka-san dan menyukai bunga lavender”

“Sou, ayo makan siang dulu”

“Sebentar lagi Ka-san” ucapnya sambil memotong tangkai-tangkai lavender. Aromanya yang begitu lembut berterbangan terbawa angin yang berhembus pelan.

#0#

“Permisi, aku mau membeli bunga lavender”

“Ya”

“Ah, berapa satu ikatnya?”

“1300 yen”

“Berapa ikat?”

“Hmmm, dua ikat. Jadi 2600 yen kan” diberikannya uang itu pada Shou.

“Terimakasih, lain kali datang lagi ya”

“Semakin banyak wisatawan yang datang ked desa kita ya?”

“Oh ya, Tou-san. Kemarin pemilik toko menawariku untuk bekerja di salah satu cabang tokonya di kota”

“Kau menerima tawaran itu?”

“Kalau Tou-san mengijinkan. Dia bilang toko itu khusus untuk produk bunga lavender. Namanya tokonya saja Lavender”

“Kalau kau berminat terimalah, tapi tanyakan dulu pada Ka-san”

“Baik”

Dipandanginya hamparang bunga lavender yang bergoyang tersapu angin. Aromanya yang khas menyebar memenuhi seluruh rongga dadanya dan mengalir dalam darahnya.


#0#

“Lavender? Disini ya?” dipandanginya sebuah toko kecil diantara deretan pertokoan. Toko bernwarna ungu bernama Lavender. Barang yang dijual pun berbahan dasar lavender. Bunga kering, minyak aromaterapi, lilin, bahkan lukisan.

“Permisi”

“Selamat datang. Ada yang bisa di bantu?”

“Aku mau mengambil pesanan bunga lavender kering dan minyak lavender atas nama Tenjin”

“Sebentar”

Setelah beberapa saat berlalau, pemuda itu kembali dengan dua buah bungkusan ditangan”

“Silahkan tanda tangan di sini”

“Terimakasih”

“Lain kali datang lagi ya”

“Hmm” gadis itu mengngguk.

#0#

“Karin, pesananku sudah di ambil?”

“Ya, nona Himiko”

“Kau itu, tidak bisa ya, berhenti memanggilku nona?”

“Ba..baik non, eh, Himiko”

“Begitu lebih baik. Kita kan sebaya”

“Ah, iya”

“Kenapa setelah kecelakaan itu kau jadi begini?”

“Maaf” Karin menundukkan kepalanya.

Enam bulan yang lalu Mizuno Karin tertabrak mobil, dan mengalami anomaly karena trauma. Dan kini dia bekerja pada keluarga Tenjin sebagai pelayan.

“Buatkan aku teh”

“Baik”

Aroma teh yang dihasilkan dari bunga lavender kering begitu harum. Seperti sihir yang melenakan.

#0#

“Hujan, aku lupa tidak bawa payung” gumam Sou, saat keluar dari minimarket.

“Hujan ya? Tidak bawa payung, tidak bisa ke Lavender” gumam Karin.

“Lavender? Kau mau ke toko lavender?”

“Ah, iya”

“Maaf, aku tidak bawa payung, jadi belum bisa membuka toko kembali”

“Kau, pelayan toko lavender ya?”

“Benar. Aku Tsukihana Sou”

“Mizuno Karin”

“Kau suka Lavender?”

Karin mengangguk. “Aroma lavender membuat hatiku tenang”

“Pantas saja setiap bulan memesan begitu banyak bunga dan minyak lavender.

“Itu pesanan Himiko”

“Himiko?”

“Nona keluarga Tenjin, tempatku bekerja. Dia suka sekali bunga lavender, bahkan dijuluki gadis lavender” ucapnya ringan sambil tersenyum.
‘manis” ucap Sou dalam hati.

“Sudah reda”

“Ayo, kita ke toko”

“ya”

#0#

“Nona sudah pulang”

“ Tamaki menyebalkan”

“Nona bertengkar lagi dengan tuan Usui?”

“Hari ini dia berjanji akan pergi denganku, tapi tidak datang “

“Tehnya nona”

“Terimakasih. Karin, temani aku jalan-jalan ya”

“Tapi nona…”

“ sudah ikut saja”

#0#

“Cantik, yang ini juga, ini juga bagus” Himiko memilih beberapa baju.

“Nona..”

“Himiko”

“Himiko, ini terlalu berlebihan”

“Karin menurut saja”

“tapi…”

“Yang ini. Pas sekali. Coba yang ini” diberikannya sebuah baju terusan berenda berwarna ungu muda pada Karin.

“Cantiknya” ucap Himiko kegirangan melihat Karin yang begitu manis dengan baju itu. “Coba rambutmu lebih panjang, pasti manis sekali. Kenapa rambutmu kau potong”

“Maaf. Kalau panjang akan sulit untuk menatanya saat bekerja”

“Tidak masalah, kau tetap terlihat manis. Mana ponselmu, aku mau foto”

Wajah Karin memerah saat dipuji oleh Himiko. Karin mengambil ponsel dari sakunya dan diserahkan pada Himiko.

“Gantungan ponselmu, lucu sekali” diamatinya gantungan ponsel Karin, botol berisi kelopak lavender.

“Ah, iya. Kenalanku yang memberikannya”

Sou memberikan gantungan itu sebagai ucapan terimakasih. Karin adalah teman pertamanya setelah bekerja toko selama tiga bulan.

“Laki-laki?’

“Iya”

“sejak kapan?”

“ng,..satu minggu”

“Dia pasti pria yang baik. Lain kali kenalkan aku pada pacarmu ya”

“Dia, bukan pacarku kok”

“Belum ya?”

“Bukan”

Himiko terus menggoda Karin yang tersipu. Sou memang baik padanya, tapi mereka belum lama kenal. Masih terlalu dini untuk mengatakan cinta. Meskipun debaran itu telah ada tanpa mereka sadari. Seperti aroma lavender yang terbang bersama hembusan angin.

#0#

“selamat datang” ucap Sou

“aku mau mengambil pesanan” ucap Himiko sambil terus memperhatikan pemuda dihadapannya. Tubuhnya tinggi tegap. Wajahnya juga tampan. Saat dia tersenyum terlihat begitu menawan.

“Atas nama siapa?”

“Ah, Tenjin” Himiko sempat terpaku melihat sesosok malaikat dihadapannya.

“Lho, bukan Mizuno yang mengambilnya?”

“kau mengenal Karin?”

“Iya”

“Aku Tenjin Himiko”

“Majikannya Mizuno ya. Aku Tsukihana Sou, senang betemu denganmu”

“Himiko, kita sudah terlambat”

“Tamaki, sebentar”

“Acaranya sebentar lagi dimulai”

“Terimakasih bunganya. Hari ini Karin tidak masuk karena sakit”

“Begitu ya. Lain kali datang lagi ya” ucap Sou saat mereka beralalu dari hadapannya.

#0#

“Aku tidak apa-apa, hanya demam”

“Aku kesana ya” ucap Sou di seberang telephon.

“Tidak perlu, aku baik-baik saja”

“Aku sudah di depan pintu apartemenmu”

Sambungan terputus, Karin segera membuka pintu dan Sou telah berdiri di sana dengan seikat bunga Lavender segar di tangan.

“Tsukihana”

“Maaf aku datang tiba-tiba”

“Ah, tidak apa-apa. Silahkan masuk”

“Nona Tenjin yang memberitahu kalau kau sakit”

“Himiko ya, bagaimana tokomu?’

“Tutup”

“Kenapa? Pelangganmu nanti bagaimana?”

“Tidak apa-apa, aku hanya tutup setengah hari”

“Karena aku ya?”

“Aku yang mau kok, Mizuno tidak perlu cemas. Ini, baru saja tiba dari desaku” diserahkannya seikat lavender segar pada Karin.

“Desamu?”

“Iya, ayah dan ibuku memiliki ladang lavender dan hasilnya dikirim ke toko”

“Pasti menyenagkan sekali, setiap membuka mata yang terlihat adalah hamparan bunga lavnder”

‘Iya, itu pemandangan yang pertama kali kulihat. Saat itu berpikir semua itu mengagumkan. Bahkan sampai sekarang” ucapnya sambil tersenyum. Senyum itu seperti luka, tapi tidak bisa berpaling dari pesonanya.

“Saat itu?” Karin menjadi bingung denngan pernyataan-pernyataan Sou tentang dirinya.

“Aku, entah karena apa mendapatkan luka yang parah dan dirawat oleh suami istri Tsukihana. Sou adalah nama pemberian mereka, dan menjadi anak angkat mereka. Sampai saat ini pun aku belum bisa mengingat siapa aku sebenarnya” ucap sou sambil tersenyum.

“Aku juga, banyak hal yang hilang dalam hidupku. Kenanganku bersama keluargaku maupun teman-temanku. Meskipun selalu bersama, rasanya tetap asing. Itulah alasanku hidup terpisah dari mereka“ bulir-bulir hangat berjatuhan dari mata Karin saat melihat foto bersama keluarganya. Atas ketidakberdayaannya untuk mengingat.

“Mizuno” Sou kebingungan melihat seorang gadis menangis dihadapannya. “Maaf, bukan maksudku…” dihapusnya butiran yang jatuh dari mata Karin.

“Tak apa, itu bukan salahmu. Terimakasih telah menjengukku dan memawakan bunga lavender. Setiap mencium aroma bunga ini hatiku menjadi tenang”

“Ah, iya. Sama-sama”

#0#

“Tinggalkan aku sendiri”

“Himiko, aku tidak bermaksud begitu” Tamaki mengejar HImiko yang menjauhinya

“Kau menyebalkan” Himiko terus berlari semakin menjauh, dan Tamaki kehilangan jejaknya dalam keramaian.

“Sial”

#0#

“Tamaki bodoh! Bodoh…bodoh… BODOH….!!!!!” Himiko menendang sebuah kaleng kosong di hadapannya.

DUAK

“Hadoh”

“Ups, maaf”

“Nona Tenjin?”

“Kau”

Himiko terkejut, ternnyata orang yang terkena tendangan kaleng itu adalah Tsukihana Sou.

#0#

“Oh, jadi pacar nona ketahuan selingkuh”

“Kenapa kau jadi ikut-ikutan memanggilku nona. Cukup Himiko saja” ucap Himiko kesal.

“Himiko”

“Tamaki blo’on. Tidak berguna, bodoh, menyebalkan,…”

“Tapi cinta kan?”

“Tidak juga. Aku mendekatinya karena dia pewaris tunggal perusahaan Usui Corporation”

“Sayang sekali”

“Apanya yang sayang, si bodoh menyebalkan itu,…”

“Silahkan, Mizuno bilang kau suka lavender”

“Iya, aku memang suka. Terimaksih tehnya”

“Sama-sama” Sou tersenyum pada Himiko dan membuatnya terpesona pada senyumnya yang lembut, selembut kelopak lavender.

#0#

“Selamat pagi”

“Selamat pagi, Himiko. Ada perlu apa?”

“Tidak. Main saja, kebetulan hari ini libur”

“Begitu ya” ucap Sou sambil menata bunga lavender segar pada ember berisi air.

“Aku bantu ya”

“Eh,”

“Tak apa, aku juga bisa merangkai bunga kok”

Beberapa menit kemudian lavender segar telah tertata rapi dalam ember berisi air.

“Terimakasih sudah membantu”

“Sebagai imbalannya, nanti malam temani aku ya”

“Ha?” Sou kaget dengan permintaan Himiko yang tiba-tiba.

“Tidak akan lama, hanya mengambil gambar di beberapa tempat kok. Bagaimana?”

“Hmm..boleh”

“Aku tunggu di stasiun jam 7 ya” ucapnya sebelum berlalu meninggalkan Sou yang masih kebingungan.

#0#

“Himiko, ada telephon dari tuan Usui”

“Bilang aku tidak ada” ucap Himiko sambil membenahi make-upnya.

“Mau pergi ya?”

“Ya, mungkin lama. Bilang saja pada Takumi bodoh itu kalau aku tidak di rumah”

“Baik”

#0#

Kereta menuju Dolphin Bay berjalan dengan tenang dalam kegelapan malam. Langit yang cerah memperlihatkan kilauan bintang yang menakjubkan.

“Lihat, lautnya sudah terlihat”

“Aku, belum pernah melihat laut”

“Hum?”

“Ah, tidak. Aku belum pernah ke laut saat malam” ucapnya meralat.

“Menyenangkan lho…”

#0#

“Mizuno, mengambil pesanan?”

“Iya”

“Himiko itu aneh ya, malam-malam pergi ke laut” ucap Sou sambil membungkus lavender kering dan

minyak lavender.

“Laut?”

“Benar. Semalam kami dari laut”

“Begitu ya”

“Ini, sudah selesai ku bungkus”

“Terimakasih” ucapnya singkat lalu meninggalkan toko Lavender.

“Ah, Mizuno” Sou berusaha mengejar Mizuno namun bayangnya telah hilang dalam keramaian. Bungkusan milik Mizuno dibawanya kembali ke toko. Selembar ketas terjatuh.

“Apa ini?” Sou memungut dan membacanya

Terimakasih telah menjengukku

Mungkin tidak begitu enak, tapi silahkan dicicipi.

Mizuno Karin

“Ah, kue ya” Sou membuka bungkusan berisi kue. Diambilnya sepotong dan dimakannya. “Enak”


#0#

“Hujan lagi? Kenapa akhir-akhir ini sering turun hujan” Karin mengeluarkan payung dari tasnya. Dalam perjalanan pulang menuju apartement dia melihat Himiko dan Sou di kedai teh faforit Himiko. Tidak ada yang terlintas dalam banaknya, dan dia pun berlalu.

“Tsukihana Sou” beberapa kali dia mengulang nama itu. Entah sudah berapa kali, seolah nama itu adalah sihir baginya. Namun diantara nama yang pernah diingatnya tidak ada nama Tsukihana Sou. Perasaan asing tiba-tiba hinggap di hatinya.

#0#

RRRRRRRRR.......

“Hallo”

“Mizuno, ini Sou”

“Ah, ada apa?”

“Hari minggu nanti ada waktu?”

“Ya, kebetulan aku libur”

“Mau ikut aku ke desa, kau pasti senang melihat padang lavender”

“Sungguh?”

“Tentu saja”

“Dengan Himiko?”

“Tidak”

“Kenapa?”

“Sebagai ucapan terimakasih atas kuenya”

“Ah, kuenya?”

“Enak sekali, aku suka”

Mendengar kata suka dari bibir Sou, entah kenapa pipi Karin memerah. Seolah seluh darahnya berkumpul di sana.

#0#

“Cantiknya” seru Karin saat melihat hamparan bunga lavender yang berayun tertiup angin. Matanya berbinar dihadapan hamparan lavender.

“Cantik” kata Sou dalam hati, melihat dua pemandangan mengagumkan ditempat dan waktu yang sama.

Karin menarik nafas dalam-dalam, memenuhi dadanya dengan keharuman lavender.

“Rumah itu adalah tempat tinggal keluarga Tsukihana” ucap Sou sambil menunjuk sebuah rumah di aujung lautan lavender.

#0#

“Sou, kau pulang bersama siapa?’

“Ini temanku, Mizuno Karin”

“Salam kenal” ucapnya membungkukkan badan.

“Oh, temannya Sou ya” ucap ibu angkat Sou

“Maaf sudah merepotkan” ucapnya membungkukkan badan.

“Tak apa, teman Sou jarang ada yang datang. Rasanya senang sekali karena Sou membawa gadis cantik ke rumah”

mendengar ucapan ibu Sou, pipi karin menjadi memerah.

#0#

Sudah seharian mereka menghabiskan waktu disana, saatnya kembali. Bus menuju kota berjalan pelan melewati bukit-bukit dengan pemandangan yang begitu indah.

“Panggil aku Sou ya”

“Ha?” Karin terkejut mendengar permintaan sou.

“Mulai saat ini panggil aku Sou, dan aku memanggilmu Karin”

“Sou”

#0#

Himiko, maafkan aku. Dia hanya teman adikku, aku tidak ada hubungan dengannya” ucap Tamaki

Aku tidak peduli, kenapa kalian bermesraan di pesta itu? Kau pikir aku tidak lihat saat dia menciummu?”

Himiko, dengarkan dulu” Tamaki meggenggam tangan Himiko namun dihempaskannya, dan Himiko berlari kedalam rumah”

#0#

Karin, aku benci Tamaki. Dia meyebalkan” gumamnya dengan wajah yang dibenamkan dalam bantal. Himiko menangis.

Himiko” meskipun kelihatannya tidak aku dan seolah Himiko membenci Tamaki sebenarnya dia sangat mencintai Tamaki, lebih dari pria mana pun di dunia ini.

#0#

Nona belum pulang Karin?” ucap seorang wanita setengah baya dengan Kimono bermofif bunga yang rumit.

Belum nyonya”

Pergi kemana dia?” Nyonya Tenjin meninggalkan karin menuju ruang baca.

Smar-samar Karin mendengar suara Himiko, mungkin dia sudah pulang dan bermaksud menyambutnya.

Sou, kau mau jadi pacarku?” ucap Himiko saat Sou mengantarkannya pulang. Dari balik pintu tanpa sengaja Karin mendengarnya.

“Himiko?”

“Kau tidak akan menolakku kan?”

Sou hanya diam, memandang gadis cantik dihadapannya. Wajahnya yang putih memerah tetimpa angin musim gugur.

Karin segera berlalu, tidak sanggup mendengarkan percakapan itu lebih jauh lagi.

#0#

Bulan berganti. Karin tidak lagi bekerja untuk keluarga Tenjin karena diminta pulang ke rumah oleh ayahnya. Akhir musim semi menjelang. Dia menemui Himiko yang dikabarkan dirawat di rumah sakit karena mencoba bunuh diri. Tanpa disadari Karin berdiri di depan toko Lavender. Tidak ada yang berubah, tetap sama seperti dulu.

“Selamat datang” ucap Sou yang menjadi terkejut atas kehadiran Karin.

“Ah, maaf. Aku mau membeli bunga Lavender”

“Lama tidak bertemu ya, Karin”

“Iya. Aku mau menjenguk Himiko”

“Aku baru dari sana semalam”

“Oh, begitu. Bagaimana keadaannya?

“Dia baik-baik saja”

“Syukurlah” diambilnya seikat Lavender segar dari tangan Sou, rasanya asing setela sekian lama.

“Karin,..” panggil Sou saat Karin mulai beranjak meninggalkannya.

“Ya,..”

“Besok, datang lagi ya. Kita pergi ke ladang lavender”

“Ya” ucapnya tersenyum tipis.

#0#

Lutan lavender menari bersama angin. Kupu-kupu beterbangan di sekelilingnya seperti peri yang bercanda diantara kuntum bunga. Sou dan Karin duduk berdampingan memandangi hamparan lavender dari bukit.

“Aku suka Karin” ucapnya memcah kebisuan.

“Suka?” Krin selalu merasa bingung dengan ucapan Sou yang tak terduga.

“Iya, aku menyukaimu”

“Tapi Himiko?”

“Aku menolaknya”

“Kenapa?”

“Kenapa? Karena aku tidak suka. Lagipula ada Usui kan”. “Dan karena aku hanya ingin bersama Karin” di genggamnya jemari Karin. Kehangatan itu mengalir dari ujung-ujung jari yang bersentuhan.

“Sou, aku”

“Aku cuma mau Karin” Sou menarik tubuh karin dalam dekapannya. Debaran jantung mereka terdengar satu sama lain, berirama bersama henbusan angin yang membawa aroma lavender.

#0#


“ Ai-nii?” seorang anak perempuan berusia lima tahun berlari menghampiri seorang anak laki-laki yang lebih tua satu atau dua tahun darinya. Dia, Karin kecil dan teman sepermainannya.
"Ada apa Ka-chan?"
“Ini untukmu, namanya Lavender” ucapnya menyerhkan sebatang bunga lavender.
“Untukku? Terimakasih” ucapnya sambil tersenyum riang.“Bunganya harum, seperti Ka-chan”
"Selamat ualang tahun Ai nii" dikecupnya pipi anak itu.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar