Kamis, 05 November 2009

Hazardous Love Affair

aku kembali ke padang yang kukunjungi siang tadi. Memenuhi sebuah janji dengan seseorang. Aku tidak pernah menyangka akan ada janji yang seperti ini di antara kami. Terlalu indah atau terlalu misterius. Semuanya, pertemuan itu dan keadaan ini dan rahasia di antara kami.
“maaf membuatmu lama menunggu”
aku segera membalikkan badan. Dia telah berdiri disana, dilehernya membelit sebuah syal dengan motif checker.
“ada perlu apa, kapten meminta saya datang kemari?”
“ reka, aku ingin kau tetap disini”
“tetap disini? Apa maksudnya?”
“bersamaku, menemaniku disini. Kemanapuna aku pergi, ikutlah denganku” katanya meraih tangan ku dan mrnggenggamnya erat, lalu menatapku. Selalu, aku tidak bisa menghindar dari tatapanya. Seperti sihir yang membuatku selalu berpikir bahwa dia itu mempesona.
“a…tidak bisa. Maaf saya harus pergi” tapi dia telah menarik tanganku lebih dulu lalu membawa tubuhku dalam ke dalam pelukkannya. Dia membungkamku dengan bibirnya tepat saat kebang api meledak di gelapnya langit musim dingin. Sebuah kecupan yang begitu lembut. Seketika perasaanku kacau, jantunngku berdetak begitu cepatnya seolah akan meledak seperti kembang api itu. Sesaat kemudian di lepaskannya, kutatap wajahnya yang masih menatapku dalam. Air mataku mengalir begitu saja.
“ka…ka…kapten Aizen. Kenapa menyakitiku?” kataku menundukkan wajah. Tubuhku menjadi panas, gemetar dan serasa tak berdaya.
“tolong jangan pergi dariku” kataya menghapus airmataku dengan jemarinya yang hangat lalu memelukku erat, membuat dadaku semakin terasa sesak.
“jangan pergi dariku, walau hanya sebentar, tetaplah disisiku, biarkan aku menghabiskan waktuku bersamamu. Aku tidak peduli bila dihatimu ada orang lain. Reka, apa kau bersedia?” katanya melepas pelukkannya.
Kupandangi wajahnya, dia terlihat begitu serius dan mengharap. Titik-titik keringat membasahi keningnya. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku bingung bahkan dengan perasaanku sendiri. Dewa kematian, aku dilarang untuk mencintainya atau mengharapkan cintanya. Tapi dihadapan orang ini aku tidak tahu, seperti ada yang terus menarikku untuk berada di sampingnya.
“maaf saya tidak bisa” kupalingkan wajahku darinya, melepaskan cengkraman tangannya dan segera menjauh darinya. Hanya itu yang bisa aku lakukan, aku tidak ingin perasaan ini membingungkanku lebih jauh lagi.
“reka…”katanya menarik lenganku. Aku berusaha menghempaskan tangannya namun aku tidak sanggup dan tatapan mata kami bertemu. Seketika semuanya berubah. Begitu banyak orang disekelilingku, orang-orang yang tidak ku kenali. Kupu-kupu hitam beterbangan ke segala arah. Api yang berkobar di angkasa, kelopak bunga sakura yang berguguran lalu lenyap, tanah yang retak, petir hitam di langit, menos dan seseorang yang tak kukenali tersenyum padaku. Dia berkata sesuatu tapi aku tidak bisa mengerti. Siapa dia? Kenapa dia ada di sana? Dan semuanya menghilang hanya kegelapan yang tersisa.



Kepalaku rasanya pening. Kubuka mataku perlahan dan kupegangi kepalaku. Kulihat langit-langit. Apa aku ada di kamar? tapi berbeda.
“reka, kau sudah sadar?” katanya menatapku khawatir, dia duduk di sebelahku.
“kenapa ada disini? Saya dimana?” kataku yang berusaha bangkit namun di cegah olehnya.
“tenanglah, kau ada di kamarku. Di markas battalion ke-5” katanya tenang.
“seireitei?”
“ya”
“kenapa saya bisa ada disini?”
“aku yang membawamu kemari. Kemarin kau pingsan jadi aku membawamu kemari karena aku tidak tahu tempat tinggalmu”katanya tenang. Mendengar ungkapannya wajahku seketika memerah. Menyadari bagaiman caranya membawaku kemari. Mungkin seperti pertemuan kami yang dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar