Selasa, 01 Juni 2010

Lavender


“Tou-san…. Tou-san….. kemari. Cepat, kemari”

“Ada apa?’

“Lihat”

“Cepat kita tolong dia”

Sepasang suami istri itu mengangkat sesosok tubuh yang tergeletak di dasar lembah.

“Wah, lukanya banyak sekali. Bagaimana dia bisa mendapat luka sebanyak ini?”

“Tou-san apa dia penjahat atau sejenisnya?”

“Entahlah. Kita tanyakan saja setelah dia sadar. Beruntung sekali tidak mengalami patah tulang dan luka yang serius”

#0#

Samar-samar tercium harum yang yang terbawa angin, begitu lembut tapi meninggalkan kesan yang mendalam.

Dia mulai membuka matanya. Bayangan samar dihadapannya sangat asing. Dia melihat sekeliling, namun tak ada jawaban yang muncul.

“aku dimana”

Dia berusaha bangkit dengan kakinya yang terluka luka. Dipandangaya langit yang biru yang terbentang dan hamparan ungu bunga lavender. Harum lembut yang mengusik datang dari sana. Dia berusaha mengingat sesuatu tapi hanya berakhir dengan rasa nyeri di kepalanya.

“Tou-san, kapan bunga-bunga ini diambil?”

“Kata pemilik toko besok siang”

“Sendainya kita punya toko sendiri di kota, ya”

“Ya, aku juga berharap begitu”

“Jangan bangun dulu” wanita tua itu segera mengahampiri pemuda yang telah berdiri di ambang pintu dengan tubuh gemetar.

“Dimana aku?”

“Ini rumah kami nak” ucap pria tua yang membantu pemuda itu kembali ke tempatnya.

“Nah ceritakan siapa dirimu, dan kenapa kau bisa mendapat luka seperti itu?”

Pemuda itu diam sejenak, memikirkan sesuatu. Sesaat kemudian kepalanya mulai berdenyut-denyut. Dia terlihat begitu kesakitan.

“Kau tidak apa-apa nak?”

“Aku tidak tahu, maaf”

“Ya, tak apalah. Jangan memaksakan diri”

#0#

Tiga hari telah berlalu, keadaan pemuda itu semakin membaik. Hamper sepanjang hari dia melihat padang lavender dari jendela. Seperti ada sesuatu di hamparan ungu itu.

“Bagaiman keadaanmu?”

“Lebih baik. Terimakasih telah merawatku”

“Apa kau sudah mengingat sesuatu tetang dirimu?”

Dia menggelengkan kepalanya. Tidak ada satu hal pun yang mampu diingatnya.

“Wah, bagaiman kalau kita ke rumah sakit di kota?”

“Maaf sudah merepotkan. Tapi sebaiknya aku pergi”

“Tou-san”

“Tinggallah disini, sampai kau bisa mengingat kembali”

“Tapi…”

“Tidak ada perlu dikhawatirkan”

“Mulai hari ini, kami akan memanggilmu Sou. Sou dari kanji bintang”

“Terimakasih Tsukihana-san”

#0#

“Tou-san, rasanya doa kita terkabul. Kita memiliki anak laki-laki”

“Iya, Ka-san. Dewa telah mengirimkannya untuk kita. Tidak terasa, sudah dua tahun”

“Dia tampan seperti Tou-san”

“Dan rajin seperti Ka-san dan menyukai bunga lavender”

“Sou, ayo makan siang dulu”

“Sebentar lagi Ka-san” ucapnya sambil memotong tangkai-tangkai lavender. Aromanya yang begitu lembut berterbangan terbawa angin yang berhembus pelan.

#0#

“Permisi, aku mau membeli bunga lavender”

“Ya”

“Ah, berapa satu ikatnya?”

“1300 yen”

“Berapa ikat?”

“Hmmm, dua ikat. Jadi 2600 yen kan” diberikannya uang itu pada Shou.

“Terimakasih, lain kali datang lagi ya”

“Semakin banyak wisatawan yang datang ked desa kita ya?”

“Oh ya, Tou-san. Kemarin pemilik toko menawariku untuk bekerja di salah satu cabang tokonya di kota”

“Kau menerima tawaran itu?”

“Kalau Tou-san mengijinkan. Dia bilang toko itu khusus untuk produk bunga lavender. Namanya tokonya saja Lavender”

“Kalau kau berminat terimalah, tapi tanyakan dulu pada Ka-san”

“Baik”

Dipandanginya hamparang bunga lavender yang bergoyang tersapu angin. Aromanya yang khas menyebar memenuhi seluruh rongga dadanya dan mengalir dalam darahnya.


#0#

“Lavender? Disini ya?” dipandanginya sebuah toko kecil diantara deretan pertokoan. Toko bernwarna ungu bernama Lavender. Barang yang dijual pun berbahan dasar lavender. Bunga kering, minyak aromaterapi, lilin, bahkan lukisan.

“Permisi”

“Selamat datang. Ada yang bisa di bantu?”

“Aku mau mengambil pesanan bunga lavender kering dan minyak lavender atas nama Tenjin”

“Sebentar”

Setelah beberapa saat berlalau, pemuda itu kembali dengan dua buah bungkusan ditangan”

“Silahkan tanda tangan di sini”

“Terimakasih”

“Lain kali datang lagi ya”

“Hmm” gadis itu mengngguk.

#0#

“Karin, pesananku sudah di ambil?”

“Ya, nona Himiko”

“Kau itu, tidak bisa ya, berhenti memanggilku nona?”

“Ba..baik non, eh, Himiko”

“Begitu lebih baik. Kita kan sebaya”

“Ah, iya”

“Kenapa setelah kecelakaan itu kau jadi begini?”

“Maaf” Karin menundukkan kepalanya.

Enam bulan yang lalu Mizuno Karin tertabrak mobil, dan mengalami anomaly karena trauma. Dan kini dia bekerja pada keluarga Tenjin sebagai pelayan.

“Buatkan aku teh”

“Baik”

Aroma teh yang dihasilkan dari bunga lavender kering begitu harum. Seperti sihir yang melenakan.

#0#

“Hujan, aku lupa tidak bawa payung” gumam Sou, saat keluar dari minimarket.

“Hujan ya? Tidak bawa payung, tidak bisa ke Lavender” gumam Karin.

“Lavender? Kau mau ke toko lavender?”

“Ah, iya”

“Maaf, aku tidak bawa payung, jadi belum bisa membuka toko kembali”

“Kau, pelayan toko lavender ya?”

“Benar. Aku Tsukihana Sou”

“Mizuno Karin”

“Kau suka Lavender?”

Karin mengangguk. “Aroma lavender membuat hatiku tenang”

“Pantas saja setiap bulan memesan begitu banyak bunga dan minyak lavender.

“Itu pesanan Himiko”

“Himiko?”

“Nona keluarga Tenjin, tempatku bekerja. Dia suka sekali bunga lavender, bahkan dijuluki gadis lavender” ucapnya ringan sambil tersenyum.
‘manis” ucap Sou dalam hati.

“Sudah reda”

“Ayo, kita ke toko”

“ya”

#0#

“Nona sudah pulang”

“ Tamaki menyebalkan”

“Nona bertengkar lagi dengan tuan Usui?”

“Hari ini dia berjanji akan pergi denganku, tapi tidak datang “

“Tehnya nona”

“Terimakasih. Karin, temani aku jalan-jalan ya”

“Tapi nona…”

“ sudah ikut saja”

#0#

“Cantik, yang ini juga, ini juga bagus” Himiko memilih beberapa baju.

“Nona..”

“Himiko”

“Himiko, ini terlalu berlebihan”

“Karin menurut saja”

“tapi…”

“Yang ini. Pas sekali. Coba yang ini” diberikannya sebuah baju terusan berenda berwarna ungu muda pada Karin.

“Cantiknya” ucap Himiko kegirangan melihat Karin yang begitu manis dengan baju itu. “Coba rambutmu lebih panjang, pasti manis sekali. Kenapa rambutmu kau potong”

“Maaf. Kalau panjang akan sulit untuk menatanya saat bekerja”

“Tidak masalah, kau tetap terlihat manis. Mana ponselmu, aku mau foto”

Wajah Karin memerah saat dipuji oleh Himiko. Karin mengambil ponsel dari sakunya dan diserahkan pada Himiko.

“Gantungan ponselmu, lucu sekali” diamatinya gantungan ponsel Karin, botol berisi kelopak lavender.

“Ah, iya. Kenalanku yang memberikannya”

Sou memberikan gantungan itu sebagai ucapan terimakasih. Karin adalah teman pertamanya setelah bekerja toko selama tiga bulan.

“Laki-laki?’

“Iya”

“sejak kapan?”

“ng,..satu minggu”

“Dia pasti pria yang baik. Lain kali kenalkan aku pada pacarmu ya”

“Dia, bukan pacarku kok”

“Belum ya?”

“Bukan”

Himiko terus menggoda Karin yang tersipu. Sou memang baik padanya, tapi mereka belum lama kenal. Masih terlalu dini untuk mengatakan cinta. Meskipun debaran itu telah ada tanpa mereka sadari. Seperti aroma lavender yang terbang bersama hembusan angin.

#0#

“selamat datang” ucap Sou

“aku mau mengambil pesanan” ucap Himiko sambil terus memperhatikan pemuda dihadapannya. Tubuhnya tinggi tegap. Wajahnya juga tampan. Saat dia tersenyum terlihat begitu menawan.

“Atas nama siapa?”

“Ah, Tenjin” Himiko sempat terpaku melihat sesosok malaikat dihadapannya.

“Lho, bukan Mizuno yang mengambilnya?”

“kau mengenal Karin?”

“Iya”

“Aku Tenjin Himiko”

“Majikannya Mizuno ya. Aku Tsukihana Sou, senang betemu denganmu”

“Himiko, kita sudah terlambat”

“Tamaki, sebentar”

“Acaranya sebentar lagi dimulai”

“Terimakasih bunganya. Hari ini Karin tidak masuk karena sakit”

“Begitu ya. Lain kali datang lagi ya” ucap Sou saat mereka beralalu dari hadapannya.

#0#

“Aku tidak apa-apa, hanya demam”

“Aku kesana ya” ucap Sou di seberang telephon.

“Tidak perlu, aku baik-baik saja”

“Aku sudah di depan pintu apartemenmu”

Sambungan terputus, Karin segera membuka pintu dan Sou telah berdiri di sana dengan seikat bunga Lavender segar di tangan.

“Tsukihana”

“Maaf aku datang tiba-tiba”

“Ah, tidak apa-apa. Silahkan masuk”

“Nona Tenjin yang memberitahu kalau kau sakit”

“Himiko ya, bagaimana tokomu?’

“Tutup”

“Kenapa? Pelangganmu nanti bagaimana?”

“Tidak apa-apa, aku hanya tutup setengah hari”

“Karena aku ya?”

“Aku yang mau kok, Mizuno tidak perlu cemas. Ini, baru saja tiba dari desaku” diserahkannya seikat lavender segar pada Karin.

“Desamu?”

“Iya, ayah dan ibuku memiliki ladang lavender dan hasilnya dikirim ke toko”

“Pasti menyenagkan sekali, setiap membuka mata yang terlihat adalah hamparan bunga lavnder”

‘Iya, itu pemandangan yang pertama kali kulihat. Saat itu berpikir semua itu mengagumkan. Bahkan sampai sekarang” ucapnya sambil tersenyum. Senyum itu seperti luka, tapi tidak bisa berpaling dari pesonanya.

“Saat itu?” Karin menjadi bingung denngan pernyataan-pernyataan Sou tentang dirinya.

“Aku, entah karena apa mendapatkan luka yang parah dan dirawat oleh suami istri Tsukihana. Sou adalah nama pemberian mereka, dan menjadi anak angkat mereka. Sampai saat ini pun aku belum bisa mengingat siapa aku sebenarnya” ucap sou sambil tersenyum.

“Aku juga, banyak hal yang hilang dalam hidupku. Kenanganku bersama keluargaku maupun teman-temanku. Meskipun selalu bersama, rasanya tetap asing. Itulah alasanku hidup terpisah dari mereka“ bulir-bulir hangat berjatuhan dari mata Karin saat melihat foto bersama keluarganya. Atas ketidakberdayaannya untuk mengingat.

“Mizuno” Sou kebingungan melihat seorang gadis menangis dihadapannya. “Maaf, bukan maksudku…” dihapusnya butiran yang jatuh dari mata Karin.

“Tak apa, itu bukan salahmu. Terimakasih telah menjengukku dan memawakan bunga lavender. Setiap mencium aroma bunga ini hatiku menjadi tenang”

“Ah, iya. Sama-sama”

#0#

“Tinggalkan aku sendiri”

“Himiko, aku tidak bermaksud begitu” Tamaki mengejar HImiko yang menjauhinya

“Kau menyebalkan” Himiko terus berlari semakin menjauh, dan Tamaki kehilangan jejaknya dalam keramaian.

“Sial”

#0#

“Tamaki bodoh! Bodoh…bodoh… BODOH….!!!!!” Himiko menendang sebuah kaleng kosong di hadapannya.

DUAK

“Hadoh”

“Ups, maaf”

“Nona Tenjin?”

“Kau”

Himiko terkejut, ternnyata orang yang terkena tendangan kaleng itu adalah Tsukihana Sou.

#0#

“Oh, jadi pacar nona ketahuan selingkuh”

“Kenapa kau jadi ikut-ikutan memanggilku nona. Cukup Himiko saja” ucap Himiko kesal.

“Himiko”

“Tamaki blo’on. Tidak berguna, bodoh, menyebalkan,…”

“Tapi cinta kan?”

“Tidak juga. Aku mendekatinya karena dia pewaris tunggal perusahaan Usui Corporation”

“Sayang sekali”

“Apanya yang sayang, si bodoh menyebalkan itu,…”

“Silahkan, Mizuno bilang kau suka lavender”

“Iya, aku memang suka. Terimaksih tehnya”

“Sama-sama” Sou tersenyum pada Himiko dan membuatnya terpesona pada senyumnya yang lembut, selembut kelopak lavender.

#0#

“Selamat pagi”

“Selamat pagi, Himiko. Ada perlu apa?”

“Tidak. Main saja, kebetulan hari ini libur”

“Begitu ya” ucap Sou sambil menata bunga lavender segar pada ember berisi air.

“Aku bantu ya”

“Eh,”

“Tak apa, aku juga bisa merangkai bunga kok”

Beberapa menit kemudian lavender segar telah tertata rapi dalam ember berisi air.

“Terimakasih sudah membantu”

“Sebagai imbalannya, nanti malam temani aku ya”

“Ha?” Sou kaget dengan permintaan Himiko yang tiba-tiba.

“Tidak akan lama, hanya mengambil gambar di beberapa tempat kok. Bagaimana?”

“Hmm..boleh”

“Aku tunggu di stasiun jam 7 ya” ucapnya sebelum berlalu meninggalkan Sou yang masih kebingungan.

#0#

“Himiko, ada telephon dari tuan Usui”

“Bilang aku tidak ada” ucap Himiko sambil membenahi make-upnya.

“Mau pergi ya?”

“Ya, mungkin lama. Bilang saja pada Takumi bodoh itu kalau aku tidak di rumah”

“Baik”

#0#

Kereta menuju Dolphin Bay berjalan dengan tenang dalam kegelapan malam. Langit yang cerah memperlihatkan kilauan bintang yang menakjubkan.

“Lihat, lautnya sudah terlihat”

“Aku, belum pernah melihat laut”

“Hum?”

“Ah, tidak. Aku belum pernah ke laut saat malam” ucapnya meralat.

“Menyenangkan lho…”

#0#

“Mizuno, mengambil pesanan?”

“Iya”

“Himiko itu aneh ya, malam-malam pergi ke laut” ucap Sou sambil membungkus lavender kering dan

minyak lavender.

“Laut?”

“Benar. Semalam kami dari laut”

“Begitu ya”

“Ini, sudah selesai ku bungkus”

“Terimakasih” ucapnya singkat lalu meninggalkan toko Lavender.

“Ah, Mizuno” Sou berusaha mengejar Mizuno namun bayangnya telah hilang dalam keramaian. Bungkusan milik Mizuno dibawanya kembali ke toko. Selembar ketas terjatuh.

“Apa ini?” Sou memungut dan membacanya

Terimakasih telah menjengukku

Mungkin tidak begitu enak, tapi silahkan dicicipi.

Mizuno Karin

“Ah, kue ya” Sou membuka bungkusan berisi kue. Diambilnya sepotong dan dimakannya. “Enak”


#0#

“Hujan lagi? Kenapa akhir-akhir ini sering turun hujan” Karin mengeluarkan payung dari tasnya. Dalam perjalanan pulang menuju apartement dia melihat Himiko dan Sou di kedai teh faforit Himiko. Tidak ada yang terlintas dalam banaknya, dan dia pun berlalu.

“Tsukihana Sou” beberapa kali dia mengulang nama itu. Entah sudah berapa kali, seolah nama itu adalah sihir baginya. Namun diantara nama yang pernah diingatnya tidak ada nama Tsukihana Sou. Perasaan asing tiba-tiba hinggap di hatinya.

#0#

RRRRRRRRR.......

“Hallo”

“Mizuno, ini Sou”

“Ah, ada apa?”

“Hari minggu nanti ada waktu?”

“Ya, kebetulan aku libur”

“Mau ikut aku ke desa, kau pasti senang melihat padang lavender”

“Sungguh?”

“Tentu saja”

“Dengan Himiko?”

“Tidak”

“Kenapa?”

“Sebagai ucapan terimakasih atas kuenya”

“Ah, kuenya?”

“Enak sekali, aku suka”

Mendengar kata suka dari bibir Sou, entah kenapa pipi Karin memerah. Seolah seluh darahnya berkumpul di sana.

#0#

“Cantiknya” seru Karin saat melihat hamparan bunga lavender yang berayun tertiup angin. Matanya berbinar dihadapan hamparan lavender.

“Cantik” kata Sou dalam hati, melihat dua pemandangan mengagumkan ditempat dan waktu yang sama.

Karin menarik nafas dalam-dalam, memenuhi dadanya dengan keharuman lavender.

“Rumah itu adalah tempat tinggal keluarga Tsukihana” ucap Sou sambil menunjuk sebuah rumah di aujung lautan lavender.

#0#

“Sou, kau pulang bersama siapa?’

“Ini temanku, Mizuno Karin”

“Salam kenal” ucapnya membungkukkan badan.

“Oh, temannya Sou ya” ucap ibu angkat Sou

“Maaf sudah merepotkan” ucapnya membungkukkan badan.

“Tak apa, teman Sou jarang ada yang datang. Rasanya senang sekali karena Sou membawa gadis cantik ke rumah”

mendengar ucapan ibu Sou, pipi karin menjadi memerah.

#0#

Sudah seharian mereka menghabiskan waktu disana, saatnya kembali. Bus menuju kota berjalan pelan melewati bukit-bukit dengan pemandangan yang begitu indah.

“Panggil aku Sou ya”

“Ha?” Karin terkejut mendengar permintaan sou.

“Mulai saat ini panggil aku Sou, dan aku memanggilmu Karin”

“Sou”

#0#

Himiko, maafkan aku. Dia hanya teman adikku, aku tidak ada hubungan dengannya” ucap Tamaki

Aku tidak peduli, kenapa kalian bermesraan di pesta itu? Kau pikir aku tidak lihat saat dia menciummu?”

Himiko, dengarkan dulu” Tamaki meggenggam tangan Himiko namun dihempaskannya, dan Himiko berlari kedalam rumah”

#0#

Karin, aku benci Tamaki. Dia meyebalkan” gumamnya dengan wajah yang dibenamkan dalam bantal. Himiko menangis.

Himiko” meskipun kelihatannya tidak aku dan seolah Himiko membenci Tamaki sebenarnya dia sangat mencintai Tamaki, lebih dari pria mana pun di dunia ini.

#0#

Nona belum pulang Karin?” ucap seorang wanita setengah baya dengan Kimono bermofif bunga yang rumit.

Belum nyonya”

Pergi kemana dia?” Nyonya Tenjin meninggalkan karin menuju ruang baca.

Smar-samar Karin mendengar suara Himiko, mungkin dia sudah pulang dan bermaksud menyambutnya.

Sou, kau mau jadi pacarku?” ucap Himiko saat Sou mengantarkannya pulang. Dari balik pintu tanpa sengaja Karin mendengarnya.

“Himiko?”

“Kau tidak akan menolakku kan?”

Sou hanya diam, memandang gadis cantik dihadapannya. Wajahnya yang putih memerah tetimpa angin musim gugur.

Karin segera berlalu, tidak sanggup mendengarkan percakapan itu lebih jauh lagi.

#0#

Bulan berganti. Karin tidak lagi bekerja untuk keluarga Tenjin karena diminta pulang ke rumah oleh ayahnya. Akhir musim semi menjelang. Dia menemui Himiko yang dikabarkan dirawat di rumah sakit karena mencoba bunuh diri. Tanpa disadari Karin berdiri di depan toko Lavender. Tidak ada yang berubah, tetap sama seperti dulu.

“Selamat datang” ucap Sou yang menjadi terkejut atas kehadiran Karin.

“Ah, maaf. Aku mau membeli bunga Lavender”

“Lama tidak bertemu ya, Karin”

“Iya. Aku mau menjenguk Himiko”

“Aku baru dari sana semalam”

“Oh, begitu. Bagaimana keadaannya?

“Dia baik-baik saja”

“Syukurlah” diambilnya seikat Lavender segar dari tangan Sou, rasanya asing setela sekian lama.

“Karin,..” panggil Sou saat Karin mulai beranjak meninggalkannya.

“Ya,..”

“Besok, datang lagi ya. Kita pergi ke ladang lavender”

“Ya” ucapnya tersenyum tipis.

#0#

Lutan lavender menari bersama angin. Kupu-kupu beterbangan di sekelilingnya seperti peri yang bercanda diantara kuntum bunga. Sou dan Karin duduk berdampingan memandangi hamparan lavender dari bukit.

“Aku suka Karin” ucapnya memcah kebisuan.

“Suka?” Krin selalu merasa bingung dengan ucapan Sou yang tak terduga.

“Iya, aku menyukaimu”

“Tapi Himiko?”

“Aku menolaknya”

“Kenapa?”

“Kenapa? Karena aku tidak suka. Lagipula ada Usui kan”. “Dan karena aku hanya ingin bersama Karin” di genggamnya jemari Karin. Kehangatan itu mengalir dari ujung-ujung jari yang bersentuhan.

“Sou, aku”

“Aku cuma mau Karin” Sou menarik tubuh karin dalam dekapannya. Debaran jantung mereka terdengar satu sama lain, berirama bersama henbusan angin yang membawa aroma lavender.

#0#


“ Ai-nii?” seorang anak perempuan berusia lima tahun berlari menghampiri seorang anak laki-laki yang lebih tua satu atau dua tahun darinya. Dia, Karin kecil dan teman sepermainannya.
"Ada apa Ka-chan?"
“Ini untukmu, namanya Lavender” ucapnya menyerhkan sebatang bunga lavender.
“Untukku? Terimakasih” ucapnya sambil tersenyum riang.“Bunganya harum, seperti Ka-chan”
"Selamat ualang tahun Ai nii" dikecupnya pipi anak itu.







Rabu, 10 Maret 2010

The Other

Good morning Juushiro-sama” I bow

Good morning Rekka-san, it is a beautiful morning isn’t?”

Yes, I think so” I said. Suddenly 5 squad captain appeared with his vice when we walked to go to the meeting.

5 squad taichou”

Good morning Aizen taichou, Hinamori fukutaichou” I said and bow.

Good morning” he smiled.

Good morning Ukitake taichou, Rekka fukutaichou” she said and bow.



It was a strange meeting for me. Seven years ago I never thought it will happen. Seven years ago, under the rain that fell from blue heaven. Never end. I couldn’t see anything, I just run, run, run and run. Far away, I have no name. They called me Rekka. It’s like a fire. And they said that I am like a flame.


When I was 16, I met him, a person who suddenly appears in my life. He’s like water in my dryness, but he also a scar. I don’t know exactly who is he, and what is his intension or aims. I never know, event in front of me. Aizen Sousuke was awesome. But he was like never Edge Ocean.



Juushiro sama, would you like to drink a cup of tea?”

With pleasure”

I poured a cup of tea for him and put some flower petals on it.

Nice ikebana”

Thank you” I continued to set those flower into old moon style. Some tulips, chrysanthemums, roses and baby’s breath and leaves are white pale with little pink or shimmering yellow.

Why you like to create an ikebana? Or are flowers really beautiful?”

I smiled. I couldn’t answer. And never found it yet. I just tried to thinking like that.

It is your effort” he smiled and drank tea from his cup.

Everything is beautiful, I just never felt it” a rose withered in my hand. It was a miserable beauty, no cure.

You are right” he put his cup on the floor and saw the skyline from the wide opened sliding door. It was blue with some clouds.

Juushiro have you recover?”

Shunsui”

Kyoraku taichou” I bowed then served him a cup of tea after sitting.

Thank you Rekka san, your ikebana really beautiful. Is it to receive me?”

You can take it along after I finish it”

Hahahaha… I like your style Rekka san”

So do I”

Shunsui. Why do you come?”

I have no reason just visiting you. Are you bothered?”

Off course, no”

Ah, it’s just about new hollow in real world”

Modoki Hollow?”

Yes, little bit difficult to kill them because their regeneration ability”

Modoki Hollow? I never heard before?” I said

That’s why I said it was a new one and little bit difficult”

I continued to finish my ikebana when a hell butterfly flying in the garden. It gave me a message. I leaved them inside.

Ukitake-sama, may I leave you for the moment?”

Ok”




Little bit difficult to understand his purpose to asked me to come to his room, Aizen taichou. Why he fooling me with his gentle spoken and touch? Why he always take me in difficult choices? Why he need me beside him? He can stand along, can’t he?

Rekka, close to me, please” he held my hand and pulled me close to him. I coldn’t accept his movement. I couldn’t stop it.

Ai san let me go now. Please”

You worried about Ukitake?”

Yes. He just recovers”

Why? You care about him but you throw me away?”

I didn’t mean like that, I just…” he broke my words by kiss. The melting ice filled my mouth. I just like flew away on the blue sky.



Rekka san”

Juushiro sama!” he makes me horrified.

What happen, Rekka San?”

Nothing. Everything’s all right”

I don’t thing so. You look so worried” he put an ice bag on his head, prevent his headache.

I just thinking about something, it’s not a big deal” I smiled.

It’s within the direction of your self”

Juushiro sama, sumimasen. I couldn’t share my feeling with you, no one. It’s my difficultness, my decision. Ai san, why you did it? Why you put me in confusedness.

Rekka san, night air can make you ill. Let’s go into the room”

I nodded and follow him.



To save Karakura town from hollows attack General Yamamoto asked me to choose some of vice captains” Hitsugaya taichou, the 10th division captain’s said.

I decided to ask Matsumoto Rangiku, Kira Izuru, Hisagi Shuuhei and Rekka by your captain’s agreement” he continued.

Is it dangerous as vice captains take this mission?” Matsumoto asked.

An ordinary shinigami can’t face it alone, even a group of them. Modoki hollow can be regenerates as many as they want. According to the reiatsu, it’s controlled by one hollow. It’s your duty to find and kill this one”

Yes, sir”




I heard you will go to the real world in this sort future”

Yes I will. I take the mission”

Why?”

I have no reason to refuse it”

Even me?”

You’re nothing”

Don’t be phlegmatic” he held my hand, softly. It made me confuse, between feelings, need and not need. He gave me a soft kiss in hand. I would never refuse his touch, soft and warmth. It just likes totally oblivion.

Ai san, stop it” I said, half whisper when he pulled me close to him and kiss my neck.

No one cares”

But it’s not…”

Soft and sweet lips kiss me slowly; lead me to another strange feeling. My heart beats faster and faster like it would be explode. He moves his palm behind my yukata, rubs softly.

Ummfh…ungh…” he kept the kiss. I push him and run away. My tears flew instantly like falling rain now.

Aizen, what happened?



I watched my reflection on the mirror. A red colored in my left neck, Aizen’s lips trace. I touched my lips. It wasn’t my first but it was strange. I still felt his hands around my body. This feeling, I couldn’t understand. I enlaced a bandage around my neck; hide it from Juusiro-sama’s eyes. I wore my hakama as soon as possible and hurried into the meeting. I let my long hair hang loosely.

Rekka san, what happened with your neck? Are you fine?”

I am fine, Juushiro-sama” I bowed. I couldn’t hide this one, too obvious with bandage in my neck.

SLUURSH….

The bandage fell from my neck, my red neck trace skin expose. Juushiro-sama looked my neck and touched it softly, make my cheek flushes.

Is Rekka-san hurt?”

Ah. No. I’m fine” I said groggily.

It will be better if you stay in your room and take a rest for a while”

But Juushiro-sama, I am not ill” I protested.

I see, but you can’t go out by that condition. You might lost your control”

But…”

I can’t help if you lost the control of the fire inside”

Yes, sir” I felt guilty and stay in my room.


Keep stayed in my room whole day can’t make it better. Just make me seriously in stress. It was a nice evening; I took walk outside seiretei. I couldn’t think normally in this time. All about Aizen, his attitudes, spoken words and kiss, off course. Was Juushiro-sama have known about it? I was confusing my mind by this trouble.

Rekka san, what are you doing here?” a soft spoken girl come to me, Hinamori Momo, Aizen’s vice captain.

Hinamori Kun”

What are you doing?”

Nothing, just seeing sight”

Umm, it is a beautiful evening isn’t it?”

You’re right” I saw the wonderful sky, its saga, yellow, blue, orange and little bit pink.

Why you didn’t come in daily meeting today?”

I felt unhealthy”

Is it about Aizen taichou?”

Why you thought like that?”

Sumimasen. Last night I saw you with Aizen taichou, and I thought something already happened” she said innocence.

I smiled, nice little girl. ”It’s getting dark, lets back to seiretei”

Ah. Hai”



Rekka san?” an unpleasant voice behind me, I turned back. He stood proudly with his vice behind.

Ichimaru taichou”

I hate this person, but I have no reason why I did. His mysterious smile and his sharp tongue make me uncomfortable. I didn’t know why, but I thought it’s better to stay away from this person.

Let me see, what this is?” he touched my neck suddenly, make me horrified and stepped back.

Ichimaru taichou” Kira shouted suddenly.

Nee, Izuru!” he shake his head and smiled.

What do you want, Ichimaru tiachou?”

Nothing” he leaved me. ”Izuru, follow me” Kira walked behind him.

Rekka san, sorry” he bow before leaving.

I touched my neck. I hate this person, no more reason.



Suzaku” a flaming blade appeared in my hand. It was not my usual blade. In other word I have two swords, my daily and my zanpakutou in short. My zanpakutou abilities little bit same as General Yamamoto’s Ryuujin Jakka or Kidou cannon, element of fire. The divine sword of fire, Suzaku, Ryuu jin guardian from south. Those sparkling fire around me turned into ash. It was beautiful but dangerous as same as Juushiro-sama word. If the fire inside looses its control something bad will happen.



A reflection of Aizen’s face suddenly appeared in my eyes. I did’t know why, I couldn’t forget it. His calm face was dangerous, his clumsy smile, and his gloomy eyes. I was not bear about his soft and sweet kiss, his gentle touch and his gaze. It made me loose my mind. Is it my self anymore? This trouble feeling, I couldn’t bear. I needed more but… Wet balls of tears dropped from my eyes. I was crying. I was crying just because need to be with him and laying my head on his chest like other our meetings.

Rekka…” a soft spoken voice called my name. I guessed it’s just my hallucination. It’s Aizen deep voice. I still covered my face with palms.

Are you ok?” soft fingers grabbed my hands and pulled me closer. A delicate smell which was I have known as Aizen’s.

Aizen…” I hugged him in rush.

Re…” he caressed my hair in delight. He pressed his kiss in my forehead softly. My body flushed and getting sweat but it’s cold.

How cold you are? I’ll warm you up”


Aizen took me to his private room in 5 squad exclusive military area. I didn’t know what it will be happen. And I didn’t care. He carried me like a groom did.

Aizen” I took hiss glasses of, caressed his gloomy face.

Rekka” he took my hand and kissed it.

Don’t let me alone” I whispered, I laid my head on his wide chest.

I won’t. I have waited you for seven years” he pressed his lips against mine.

Since our first meeting?” I mumbled.

Since you scratch my arm” he said, after broke the kiss.

I could see the scar in his right unclothe arm. I caressed it gently and kiss it.

I’m sorry” I begged.

It was not your default. It was long time ago” he kissed my hand. “And now, you’re here” his delight brown eyes stared me in deep. I bitted his jaw and shoulder softly.

His body laid on mine, so warmth. He gave me soft deep and delight sweet kisses.

He kissed my throat lightly, and I caressed his brown hair. I never felt like that before. I felt broke into pieces. Aizen.



Sun light craved from the window, blinding me. I stared a calm face beside me. Aizen still on his dream with his little satisfied smile. I pressed my lips on his cheek, he opened his eyes suddenly.

Ai… Sorry”

He pressed his fore finger in my lips.

Are you fine?” he caressed my cheeks softly, made it flush.

I’m fine” I took his hand and kiss it, softly.


Tok..tok…tok… someone knocked the door.

Aizen taichou” a soft spoken voice, Hinamori kun’s.

I must leave now” he stood and wears his hakama.

Aizen taichou, are you there?” Hinamori still stood on the door for waiting.

Aizen” I embraced him. “Don’t let me alone” I whispered, near cry.

Rekka” He pulled me close to him and kissed my neck lightly. “I won’t do that. I’ll protect you” then he pressed his lips against to mine.

I lost my own control. In vague I see Hinamori leaved the door. Aizen never answer her yet. May be she thought that Aizen wasn’t here. But he was here with me, spent our day and night.